Rabu

Menembus Batas



Saya banyak menemukan komunitas anti A, komunitas anti B dan komunitas sejenis lainnya. Tetapi saya tidak paham apa tujuan mereka untuk menciptakan komunitas tersebut, bilamana sebagian besar opini anggotanya yang saya temukan dan yang saya lihat hanya berupa caci maki dan sumpah serapah tanpa ada diskusi yang sehat, pencerahan ataupun upaya mencari titik temu untuk membenahi, meluruskan atau menyelesaikan hal-hal yang membuat mereka antipati dan membenci.

Benar adanya, setiap orang bebas mengekspresikan dirinya menjadi apa dan seperti apa yang mereka mau. Selagi tidak melanggar norma, nilai-nilai serta aturan yang berlaku, tentu semua akan dianggap wajar dan sah-sah saja. Akan tetapi, bila hal yang kita lakukan tersebut hanya merupakan suatu yang sia-sia, tidak mengubah apa-apa, tidak memiliki daya guna apa-apa, masihkah semua itu disebut upaya perjuangan? Bahkan sebuah niat baik sekalipun bila dilakukan dengan cara yang tidak baik, bisa dipastikan akan berakhir dengan tidak baik pula.


Menurut saya, pembenahan yang paling utama itu sewajarnya dihadapkan kepada diri kita sendiri terlebih dahulu. Cobalah merenungkan apa saja yang telah kita lakukan dalam hidup, termasuk hal yang membuat kita antipati terhadap orang lain. Karena dalam kacamata saya, kesalahan itu ada untuk dibenahi, kekeliruan itu ada untuk diluruskan, bukan untuk dicaci maki, bukan pula sebagai sarana pelampiasan ego yang menuntut kita agar terlihat baik di depan banyak orang.

Perbedaan adalah tantangan dari kebersamaan, karena memang tidak ada manusia yang terlahir dengan ideologi yang sama, sekalipun sedarah dan sedaging. Jadi, marilah kita sama-sama membenahi segala kesalahan dengan cara yang baik, saling mengingatkan, saling menasihati. Bila kita menemukan kesalahan yang bersifat esensial, bentangkan jalan agar bisa duduk bersama untuk musyawarah, diskusi, bukan berdebat.

Namun bila upaya baik seperti itu tidak juga dapat menyelesaikan. Untuk hal yang bersifat esensial, silakan turun dari bangku tempat duduk Anda, keluar dari ruangan tempat Anda berdiri dan tuntaskan semuanya dengan bijak. Jangan pernah menjadi pengecut yang hanya berteriak-teriak di bangku tempat duduk. Yang hanya berani mencaci maki di ruangan yang tidak terpantau oleh orang yang kamu maki.

Ketahuilah, mencaci maki merupakan gambaran dari ketidakberdayaan seseorang dalam melumpuhkan egonya. Gambaran dari ketidakberdayaan seseorang dalam membakar nyalinya dan gambaran dari ketidakberdayaan seseorang dalam mengekspresikan suara hatinya terhadap suatu hal yang bertentangan dengan idiologinya. Sementara membenci adalah cara yang dipilih seorang pengecut dalam melakukan pembalasan.

Wahai saudaraku, masih belum terlambat untuk memulai. Di bulan yang penuh ampunan ini, mari kita benahi semua kekeliruan yang pernah terjadi, mari kita sama-sama merenung, introspeksi diri agar langkah kita pada detik berikutnya menjadi lebih baik dalam mengarungi kehidupan yang teramat singkat ini, yang tidak kita ketahui batas pasti berakhirnya.

Salam Damai, Create Peace.!


Nb: Saya sangat mendukung keberadaan sebuah komunitas, apapun itu wadahnya, asal untuk tujuan kebaikan. Tapi saya tidak suka bersosialisasi dengan cara yang tidak sehat seperti mencaci maki. Karena saya sangat mencintai kedamaian dan jalan musyawarah, serta diskusi untuk menyelesaikan setiap perbedaan.

2 komentar:

  1. Semoga mereka segera dibukakan pintu hatinya. :)

    BalasHapus