Minggu

Langkah Mungil Sang Pemburu Mimpi

Image: himakom unsoed

Kala awan pagi menyibak langit,
mengusik gemulai tarian embun di ujung daun.
Langkah-langkah waktu perlahan beranjak lupakan mimpi malam.
Kokok ayam bagai lolongan serigala mencambuk asa.  
Engkau beranjak dari tempat tidur lusuh, menuju dapur tanpa kamar mandi.
Secawan air telah cukup bagimu untuk menyeka wajah.

Cahaya keemasan yang terpancar dari sisi bilik rumah panggung,
sebagai penunjuk waktu bagimu untuk segera berkemas,
menjemput cita-cita di balik belantara sunyi.
Seragam lusuh, tas lusuh, buku lusuh, tetapi tidak begitu dengan semangatmu.

Kamis

Lupa Bikin Judul


Semoga belum lupa. Ketika semua lembaga survei kredibel mengatakan Jerman menang tipis atas Argentina, sementara ada beberapa lembaga survei abal-abal yang ngotot mengatakan Argentina sebagai pemenangnya.
 
Ada suatu masa yang mana pesta demokrasi diwarnai dengan perseteruan sengit seolah kita tak berdiri di antara tiang bendera yang sama. Saling serang, saling sikut, saling hantam, perang opini, sampai perang fitnah. Memang tidak melibatkan fisik, tetapi proses itu telah cukup membuat urat saraf lelah, bahkan nyaris putus. Nusantara seperti terbelah, seolah kita tidak lahir dari rahim yang sama (Ibu Pertiwi), seolah kita bukan putra putri terbaik bangsa yang terdidik dengan budaya timur yang menjunjung tinggi norma dan nilai-nilai (kesopanan).

Pantaskah kita merindukan suasana seperti kala itu atau malah merasa jijik ketika harus mengenangnya?
Lantas, apa yang salah dengan demokrasi kita?

Sabtu

Alat Perdamaian


Saya membayangkan, andai semua manusia memposisikan dirinya sebagai alat perdamaian. Pasti tidak akan ada lagi perperangan, tawuran, konflik, perbedaan yang berujung pada kekerasan (fisik/psikis), dsb.

Tuhan, mohon tuntun kami agar tidak saling membenci.