Senin

Beroya

Image Google

Berbaring di kamar sepi, termangu sendiri merangkul malam. Tatapan kosong penuh sesal menjelajah pada deretan foto dalam bingkai masa lalu. Indah memang, tapi semua tak akan pernah terulang. Kebahagiaan beribu tahun seolah sirna dan tak pernah ada karena kebodohan sesaat, menorehkan luka yang belum ada satu pun obat penawarnya.
“Risda, makan dulu! Dari siang kamu belum makan.” Suara nenek membuyarkan tangisku.
“Iya, Nek!” Aku bergegas bangkit dari tempat tidur, menyeka sisa air mata yang membasahi wajahku.
Aku benar-benar kehilangan selera makan.
“Tuhan, kenapa begitu sangat berat ujian yang engkau berikan kepada hamba?”

Kamis

Perihal Asmara

Image Truepoop.com

Saya sangat bersyukur, semenjak zaman masih sekolah banyak teman-teman dan para sahabat yang mempercaya saya sebagai diary berjalan mereka (baca: tempat curhat). Setidaknya itu menandakan mereka percaya kepada saya sebagai pendengar yang baik, perumus solusi yang baik, dan yang paling utama adalah dapat dipercaya agar rahasia negara (umumnya soal percintaan) yang mereka kesahkan kepada saya, tak bocor. (Pede banget lo TM? Lebih baik pede daripada peang, wahahaha).
Beberapa tahun belakangan sudah mulai agak jarang teman yang curhat kepada saya, walau sesekali masih, namun bukan berarti status saya sebagai diary berjalan sudah berakhir. Teman memang sudah agak jarang yang curhat, mungkin karena mereka sudah pada dewasa dan bijak, semoga benar, wahahaha. Tapi belakangan yang banyak curhat kepada saya malah adik-adik, mulai adik sepupu, adik sekampung, adik sebumi, sampai adik dari teman-teman, wahahaha ternyata diwariskan. Rata-rata mereka masih ABG (Asosiasi jom-B-lo Galau, wahahahha, maksa!).
Di sini saya tidak akan mempublish data mereka yang pernah curhat kepada saya, sebab itu jelas melanggar sumpah jabatan saya sebagai diary berjalan, wahaa. Tapi saya akan membagikan hal-hal apa saja yang menjadi kesah mereka, atau lebih tepatnya hal yang paling sering menjadi tema curhat mereka.
Baiklah, daripada mukadimahnya kepanjangan dan pemirsa keburu bosan duluan, langsung saja kita meluncur ke TKO! Eh, TKP!

Minggu

Mengejar Harta Kirun


Kakek tua dengan jubah kusam yang dikenakannya melangkah tergopoh di sela gerimis yang turun menyapa bumi. Penduduk desa Cemewei merasa heran dan bertanya-tanya, “siapakah gerangan kakek tua itu?”
Andri dan pakle Veyz yang tengah duduk santai di teras rumah, saling bertukar pandang ketika menyaksikan kakek tua melintas di jalan kecil yang membentang panjang berliku.
“Le, coba kamu lihat kakek tua itu!” bisik pakle Veyz.
“Iya, Pakle. Sepertinya beliau orang baru,” balas Andri.
“Kita samper yuk!”
“Hayuk!”
Sejurus kemudian Andri dan pakle Veyz bergegas mendekati kakek tua.
“Hai, Kek! Apa kiranya yang dirimu cari, sementara rintik gerimis hampir membasuh separuh jubahmu?” tanya pakle Veyz bak penyair kehilangan panggung.
Usai batuk tujuh puluh kali (Buset! Panjang banget batuknya, wahahaha) kakek tua berkata penuh wibawa.
“Uhuuuk! Tujuan saya datang ke desa ini untuk mencari orang baik yang berhati tulus suci dan mulia, yang bersedia menerima warisan tak ternilai dari leluhur.”
“Mohon maaf, kami tidak mengerti maksud kakek,” sambung Andri.
Belum sempat kakek tua menjawab pertanyaan Andri, pakle Veyz menimpali.
“Sebaiknya kita ngobrol di sana saja, Kek. Tampaknya hujan semakin deras,” ucap pakle Veyz sambil menunjuk ke arah teras rumah.

Sabtu

Dongeng Sebelum Ngompol

Image Google

Di sore hari nan cerah, melangkah gontai sekelompok umat manusia yang tersesat di tengah hutan belantara. Sosok tersebut terdiri dari empat orang, yaitu satu paman dan tiga ponakan. Sang paman bernama pakle Veyz, dan tiga orang keponakannya bernama Andri, Adit, dan Amar.

Mereka tersesat usai mencari batu akik di hutan terlarang yang berada di lereng gunung Meruyeng Cekak-Cekuk. Upaya mereka mencari batu akik gagal total, pun begitu juga dengan upaya mereka mencari jalan pulang.

“Pakle, sepertinya kita tersesat!” ucap Adit sambil menggaruk-garuk hidung.

“Iya pakle. Hampir setengah hari kita hanya berputar di sini saja,” sambung Amar.

“Tadi pagi sebelum berangkat sudah aku bilang, hutan ini berbahaya,” timpal Andri, yang sedari awal memang menolak ikut, tapi pakle Veyz memaksanya.

Pakle Veyz tidak menggubris perkataan keponakannya, ia hanya menundukkan kepala sambil terus mengucapkan mantra.

“Ndul gondal gandul gondal gandul, si gundul nyolong pacul. Ndul gondal gandul gondal gandul, si gundul nyolong pacul.”

“Aku ingat tips dari leluhur dulu kalau kita tersesat di tengah hutan,” ucap Andri sambil membenahi tali plastik pengikat celananya.

Senin

Menunggu JOLANG Versi Novel


Tungguin Novel Jolang ya!
Novel Jolang berkisah tentang perjuangan empat orang sahabat yang sudah beralih status menjadi pasangan kekasih (Andri, Adit, Dita, dan Putri) dalam membongkar kasus korupsi yang diduga dilakukan oleh pejabat pemerintah di Dinas Pendidikan Kabupaten Hampas.
Misi Andri, Adit, Dita, dan Putri dimulai ketika mantan guru mereka pak Jara Kada, yang juga merupakan orang tua Dita, terserang penyakit Arteriosklerosis. Saat bersamaan sang guru mendapat penghargaan dari Kemendikbud sebagai guru berprestasi tingkat Nasional. Karena sedang terbaring sakit, sang guru tidak bisa hadir ke kantor Kemendikbud untuk menerima penghargaan. Akhirnya piagam penghargaan berikut uang pembinaan dari Menteri Pendidikan itu diserahkan melalui Dinas Pendidikan Kabupaten Kota tempat pak Jara Kada mengajar. Andri, Adit, dan Putri curiga ketika mengetahui dari Dita, ternyata uang pembinaan yang diberikan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Kota kepada pak Jara Kada sebagai guru berprestasi tingkat Nasional, jumlahnya tidak masuk akal atau nominalnya sangat kecil.
Novel ini adalah fiksi komedi.
Melalui novel ini saya ingin membuat pembaca tertawa sepuasnya, dan melalui novel ini pula (pada bagian tertentu) saya akan membuat pembaca menangis sejadi-jadinya. Kontradiksi memang, tapi saya akan berusaha meramunya seindah mungkin.
Apakah Novel Jolang berbeda dengan buku Jolang sebelumnya?
Berbeda, bahkan beda banget. Jolang sebelumnya adalah versi kumpulan cerpen dan banyak kejadian tidak masuk akalnya. Jolang Versi Novel menyuguhkan cerita yang berbeda dan tentunya lebih detail, lebih menyentuh dan lebih gokil.  
Sedikit bocoran Loket VI Novel Jolang (Loket = Bab versi Novel Jolang, saya menulisnya tidak menggunakan istilah Bab, melainkan Loket).
----------------------
Kemudian Adit bangkit mengambil gitar yang menggantung di dinding bengkel, lalu memberikannya kepada Velo. Setelah itu dengan santai Velo memetik dawai gitar sambil bernyanyi.
“Hey Jude, don't make it bad
Take a sad song and make it better
Remember to let her into your heart
Then you can start to make it better.”[1]

Andri dan Adit kaget, ternyata Velo jago main gitar dan suaranya juga sangat merdu.
----------------------
Kali ini mungkin saya agak sedikit pelit dalam memberikan bocoran.:D
Minta doanya, semoga Novel Jolang cepat selesai. Di kepala saya  sebenarnya sudah selesai, namun proses mengetiknya baru sampai Loket VII, dan saya belum bisa memastikan entah sampai loket berapa titik akhirnya.




[1] Syair lagu The Beatles - Hey Jude

Rabu

Pergi Bersama Mimpi


Detak jam weker yang terpajang di meja kamarku menghentak keheningan. Jarum pendeknya tepat berada di angka satu, sementara jariku masih terus menari di atas keyboard laptop untuk menuntaskan laporan yang baru selesai setengah.
Aku merasa sangat lelah, dari siang kondisi badanku memang kurang fit. Seharusnya laporan keuangan ini bukan aku yang mengerjakannya, tapi Dini. Karena Dini lagi cuti untuk menghadiri resepsi pernikahan sepupunya, terpaksa aku mendapat tugas tambahan.
Hembusan angin malam yang masuk melalui celah jendela membuat tubuhku semakin lemah. Badanku terasa panas dingin, perlahan kurebahkan tubuh lelahku, meninggalkan laporan yang baru selesai setengah.
“Besok pagi sebelum berangkat ke kantor masih ada waktu.” Pikirku.
Antara lelap dan terjaga, aku teringat laptop-ku yang masih menyala. Aku mencoba bangkit dari tempat tidur, tapi tubuhku terasa sangat berat, begitu juga mataku seperti enggan terbuka. Sekuat tenaga kupaksakan tubuhku bangkit dari tempat tidur. Saat aku berhasil duduk, pada salah satu pojok kamar, aku melihat kakek tua berjubah putih berdiri menghadap ke arahku. Badan kakek berjubah itu tinggi, tapi aku tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas. Aku heran, kenapa lampu kamarku menjadi redup, padahal sebelum aku merebahkan diri tadi, lampu kamar yang belum sempat aku matikan itu cahayanya sangat terang.

JOLANG


“Seandainya esok hari kita tidak berteman lagi, atau langkah waktu menuntun kita untuk saling memusuhi. Seburuk apapun kebencianmu  kepadaku, mohon jangan buka gembok yang terpasang pada buku itu sebelum aku menyerahkan kuncinya kepadamu."  ~Jolang

JOLANG adalah buku pertama saya, untuk memesannya bisa disedot via link berikut --->> Klik sini


Sinopsis


Buku ini adalah fiksi komedi. Menceritakan tentang kisah petualangan seorang anak desa bernama Andri (Andri Rahman Hakim) dalam proses melepas status jomblo yang sudah ia sandang semenjak lahir ke dunia. Andri punya hobi membaca komik dan kisah dongeng.

Di desa Rawa Jolang, Andri tinggal bersama orang tuanya, mak Ratna (Ratna Nindyasiwi--- single parent) dan pakle Veyz (Veyz El Muhammad) adik kandung mak Ratna alias paman Andri.

Saat ini Andri masih berstatus sebagai pelajar kelas XI di SMU Negeri 2 Suka Mundur. Ia menyukai teman sekolahnya yang bernama Putri (Zulfa Putri Bungsu). Tapi perjuangan Andri untuk mendekati Putri tidak mudah, ia harus bersaing ketat dengan Bobby (Bobby Andesta Mujiono) anak bungsu pak Muji, pemilik pabrik tahu dan peternak sapi perah kaya raya di desa Rawa Jolang.

Andri bersahabat dekat dengan Adit (Adityatama). Mereka selalu melakukan segala hal berdua, termasuk ketika mengerjakan tugas dari sekolah. Petualangan dimulai saat Andri dan Adit mendapat tugas dari pak Jara Kada, guru biologi yang terkenal sangat galak di SMU Negeri 2 Suka Mundur. Yang mana mereka harus mencari dan membawa kodok puru hutan ke sekolah untuk diteliti di laboratorium.

Minggu pagi, Andri dan Adit bergegas menuju kaki bukit untuk mencari kodok puru hutan. Di sana mereka bertemu kodok besar yang membuat Andri merasa berada di republik dongeng. Setelah pertemuan dengan kodok besar di kaki bukit, kehidupan Andri berubah. Ada konflik, banyak kejadian lucu, (namanya juga komedi).


Sila sedot. 
Selamat membaca dan tertawa! J 

Nb: Bakal ada JOLANG versi NOVEL setelah ini.:)


Selasa

Bakat

Image Google

Bakat adalah kemampuan yang menonjol. Tapi perlu dicatat! Tidak semua yang menonjol adalah bakat.:D

Bakat merupakan bawaan lahir. Tapi ingat! Tidak hanya bakat yang dibawa ketika lahir, kadang ada juga yang bawa koper.:D

Saya tidak akan bisa mendefinisikan bakat secara utuh hingga dapat mewakili semua pandangan, karena saya memang tidak berbakat untuk itu. Namun saya tetap berusaha sesuai batas kemampuan yang saya miliki, untuk menelaah dan membagikan hasilnya kepada teman-teman semua.

Apa sih sebenarnya bakat itu?

Bakat adalah kepandaian, sifat dan pembawaan yang dibawa sejak lahir. ß Walau hasil nyontek dari KBBI, tapi saya tetap bangga, karena ternyata saya juga punya bakat nyontek.:D

Nah, agar pembahasan ini tidak ngapung alias ngambang, terus hanyut ke muara, wahahhahaa. Saya akan memberikan contoh yang kongkret dan hasilnya bisa dipertanggungjawabkan secara hukum.

Contoh:

Senin

Bakiak Sakti (Loket 3)

Image Google

Di tengah perjalanan pulang usai rapat di balai desa, pak le Veyz mendengar suara teriakan, “maling! maling!” Pak le Veyz tertegun, lalu bergegas mencari sumber suara. Di bawah hamparan cahaya bulan yang memayungi langit malam, Pak le Veyz melihat bayangan seseorang berlari dengan membawa buntalan kain di pundak kirinya. Bayangan tersebut semakin lama semakin mendekat ke arah Pak le Veyz. Sementara itu suara teriakan warga semakin jelas bergema, “maling! maling!”

Ketika bayangan itu berjarak tiga puluh meter dari hadapannya, Pakle Veyz menepi ke sisi jalan, lalu bersembunyi di balik sebatang pohon yang diameternya cukup besar. “Itu pasti maling yang lagi dikejar-kejar warga,” pikir Pak le Veyz, sambil meraih bakiak di kakinya. Ketika sosok yang membawa buntalan itu berlari melintas di hadapannya, dengan cepat Pak le Veyz melemparkan bakiak, “Pletaaaaaak” lemparannya tepat menghujam punggung orang yang berlari di hadapannya itu.

Kamis

Bakiak Sakti (Loket 2)

Image Google

Andri pulang ke rumah dengan pakaian seragam sekolah yang masih basah penuh lumpur, sambil menenteng bingkisan dalam kantong kresek bekas pemberian Putri.

Di halaman rumah, mak Ratna kaget melihat anak kesayangannya yang nampak awur-awuran.

“Kalau mau berenang, mbo yo baju seragamnya ganti dulu, Le!” tegur mak Ratna.

“Anu Mak. Aku kejebur,” jawab Andri gelagapan sambil mencium tangan mak Ratna.

“Yo wes, mandi dulu sana!”

Selesai mandi, Andri bergegas meraih kantong kresek bekas yang berisi kado spesial dari Putri. Dengan rasa penasaran tingkat tinggi, perlahan Andri membuka bingkisan. Seketika Andri menyunggingkan senyum bahagia penuh haru, lalu berkata dalam hati.

Senin

Bakiak Sakti (Loket 1)

Image Google

Pulang sekolah, Zulfa Putri Bungsu menunggu Andri di depan pos Satpam dekat pintu gerbang, sambil menenteng kantong kresek bekas yang berisi bingkisan dan sebutir telur ayam negri. Siang itu Putri hendak memberikan kejutan dan kado spesial untuk Andri, sebagai hadiah ulang tahun.

Guna memuluskan rencananya, Putri bekerjasama dengan salah seorang Satpam sekolah. Sesuai skenario yang mereka buat kala itu, Putri membelakangi jalan yang akan dilalui Andri. Ketika Andri sudah berada tepat di belakangnya, Satpam akan memberi kode kepada Putri dengan cara mengangkat tangan kanannya.

Sepuluh menit menunggu penuh harap. Dari kejauhan, Putri melihat Andri keluar dari kelasnya. Semakin langkah Andri mendekat, semakin cepat pula irama dak dik duk ser tang dung dung yang terus bergema di hati Putri. Berharap lelaki yang tak kenal lelah mengejar cintanya itu menyukai kejutan dan hadiah yang akan ia berikan.

Dengan hati yang tak henti berdebar, Putri semakin resah menunggu kode dari pak Satpam. Dak dik duk ser! Tiba-tiba Satpam mengangkat tangan kanannya. Seketika Putri membalikkan badan, lalu menamplokkan telur ke muka orang yang berada di belakangnya.

“Plaaaaaaaaaaak!”

Patah

Image Google

Malam itu Ibu menelpon dan memberitahu aku, tiga hari lagi mbak Fira kakakku yang paling tua mau pindah ke rumah barunya. Kebetulan aku memang lagi cuti kerja, Ibu memintaku pulang kampung ke Jogja.
“Hari minggu mbakyumu pindah rumah, pulang ya, Nak! Sekalian Ibu mau mengenalkan kamu sama anaknya pak Rudi.”
Sejenak aku terdiam mendengar ujung kalimat yang diucapkan Ibu. “Ibu pasti mau menjodohkan aku lagi,” pikirku.
“Widi ndak suka dijodoh-jodohkan kayak gitu, Bu,” aku berusaha menolak rencana Ibu, namun Ibu terus membujuk.
“Anaknya pak Rudi itu tampan loh, baik. Pokoknya serasi banget sama anak Ibu yang cantik ini.”
Setelah itu aku tidak tahu harus berkata apalagi memberi pengertian kepada Ibu. Aku tidak suka dengan rencana ibuku, tapi aku juga tidak ingin Ibuku kecewa. Belum sempat aku menjawab, Ibu kembali berkata. “Perjodohan kalau sama-sama cocok apa salahnya. Kalau tidak cocok, ya ndak usah diteruskan.” Begitu cara Ibu meyakinkan aku. Cukup lama aku terdiam dan berpikir, sebelum aku menyetujui permintaan Ibu.
Aku tidak habis pikir, kenapa Ibu begitu semangat memintaku untuk segera menikah? Padahal usiaku masih sangat muda. Baru seminggu yang lalu aku merayakan ulang tahunku yang ke dua puluh satu. Aah sudahlah, orang tua manapun pasti ingin melihat anaknya bahagia. Jika anaknya bahagia, sebagai orang tua ia juga pasti ikut bahagia,” pikirku.

Minggu

The King of Kondor

Image Google

Pagi itu Andri bangun kesiangan. Semalam ia terlambat tidur gara-gara keasyikan menonton dangdutan di lapangan desa. Acara dangdutan yang diadakan untuk memeriahkan ulang tahun karang taruna desa Rawa Jolang itu, baru berakhir pukul tiga dini hari. Andri lupa, padahal minggu pagi itu ia punya janji dengan Adit.

Mereka berdua berencana menangkap kodok puru hutan, di kebun milik pakle Veyznya Andri, yang berada di kaki bukit arah timur desa Rawa Jolang. Sebagai bahan dasar tugas biologi yang harus mereka bawa ke sekolah esok hari.

Saat Adit datang kerumahnya, Andri masih terlihat kusut. Ia lagi asyik menonton program televisi kesukaannya, Masha and the Bear.  “Ndri, kita jadi ke kebun nggak ni?” sapa Adit. Dengan raut wajah memelas, Andri menjawab, “besok-besok aja gimana, Dit? Lagi seru, ni!” Adit terdiam. “Ya sudah, aku pergi sendiri aja. Siap-siap aja besok pagi kamu dihukum lagi oleh pak Jara Kada, karena tidak membawa bahan untuk tugas biologi. Kamu nggak malu, disuruh berjemur lagi di dekat tiang bendera?” Sambung Adit, sambil membalikkan badan, lalu melangkah meninggalkan Andri. Sementara Andri terdiam membayangkan hukuman yang akan ia terima dari pak Jara Kada, jika besok tidak mengumpulkan kodok puru hutan, untuk diteliti di laboratorium sekolah.

Selasa

Badar Besi

Image google

Pulang sekolah, wajah Andri terlihat lebih kusut dari biasanya, ia teringat dongeng tentang badar besi yang diceritakan oleh pendongeng tua yang biasa mangkal di depan pagar sekolahannya. “Apa iya, zaman sekarang masih ada cincin yang membuat pemakainya kebal senjata?” Andri bertanya-tanya dalam hati.

Masih membekas di ingatan remaja yang baru duduk di bangku kelas sepuluh itu tentang badar besi yang diceritakan pendongeng. Ia membayangkan, seandainya ia memiliki cincin badar besi, tentu ia akan menjadi super hero yang disegani seantero bumi.

Puas berhayal sambil tidur-tiduran di atas tikar karet yang terhampar di ruang tengah. Andri bangkit, lalu bergegas menuju dapur, sambil menggenggam smartphone baru hadiah ulang tahun dari Paklenya.

 “Mak, minta duit lima puluh ribu!”

Mak Ratna kaget, hampir saja pisau dapur yang sedang ia gunakan untuk mengiris bawang itu melukai jarinya. Ia menoleh ke sumber suara. Di pintu yang menghubungkan antara dapur dan ruang tengah, mak Ratna melihat Andri berdiri sambil menggengam handphone di tangan kanannya.

“Kamu iki Le, bikin mak kaget aja. Buat apa, kamu meminta duit sebanyak itu?” Tanya mak Ratna. “Buat beli kondom, Mak!” jawab Andri. Mak Ratna terperangah, jantungnya seperti terhenti berdetak, petir seolah telah membakar ulu hatinya, matanya melotot tajam, amarahnya seketika memuncak, mendengar jawaban dari anak kesayanganya itu. “Apaaaaaaa? Mak nggak salah dengar kan? Bisa diulang lagi!” Mak ratna kembali bertanya dengan nada penasaran. “Buat beli kondom, Mak! Beli kondom, beli kondom, beli kondooom!.” Jawab Andri sambil menggerutu. Nafas mak Ratna mendadak tersengap, lalu ia berlari secepat The Flash menuju sofa yang tersusun rapi di ruang tamu. Sambil menjatuhkan diri di atas sofa empuk, mak Ratna pun pingsan. (Pengarang: Pingsan kok pilih-pilih tempat.:D)

Andri terpaku menyaksikan Emaknya yang tidak sadarkan diri. Sambil menangis histeris, Andri berteriak “Maaak, jangan tinggalkan akuuu!” Setelah itu Andri pun ikut pingsan.


Kamis

Secarik Kertas Tanpa Makna



Di lorong gang pemukiman padat penduduk, seorang Lelaki berpakaian necis berjalan sambil menggenggam secarik kertas di tangan kirinya. Detak langkahnya menghunus debu bekas galian, menghinggapi sepatu pantofel hitam yang membungkus kakinya.  Di tengah perjalanan, Ia melihat tiga orang bocah usia belasan sedang asyik bermain bola plastik. Sejenak Lelaki necis menghentikan langkahnya, lalu menghampiri salah seorang bocah.

“Dik, namanya siapa?” Tanya Lelaki necis.


Bocah: Andi, Om!


Lelaki necis: Andi sekarang kelas berapa?


Bocah: Sudah enggak sekolah, Om.


Lelaki necis: Kenapa tidak sekolah?


Bocah: Tiga bulan yang lalu Ayah sakit keras dan sampai sekarang belum sembuh. Ayah adalah tulang punggung keluarga kami. Ibu yang biasanya bertugas mengurus rumah tangga, memasak, beres-beres rumah, merawatku dan dua adikku, sekarang harus bekerja menggantikan Ayah. Ibuku sekarang berjualan makanan kecil, hasilnya hanya cukup untuk biaya makan kami sehari-hari, sisanya untuk biaya berobat Ayah.”


Lelaki necis terdiam, matanya berkaca, sambil membuka secarik kertas dari tangan kirinya, ia menuliskan sesuatu.