Bocah perempuan
berparas ayu dengan pakaian yang sudah kumal melintasi lorong pasar tradisional.
Sesekali ia mempercepat langkah, berlari kecil di antara hiruk pikuk pedagang dan
orang-orang yang tengah asyik berbelanja. Sudah hampir seminggu, setiap hari
bocah berparas ayu itu melintasi lorong pasar, namun tidak ada satu orang pun
yang tahu dari mana ia datang, dan ke mana ia hendak pergi. Jika masih sekolah,
mungkin bocah itu baru kelas dua sekolah dasar.
“Bocah gelandangan,”
celetuk seorang pedagang.
“Anak itu pasti
terlahir karena seks bebas,” timpal pedagang lainnya.
“Orang tuanya kelewat
kurang ajar, anak masih kecil sudah disuruh mengemis,” sambung pedagang lain.