Rabu

KORENAH

Image google
Semburat fajar menyingsing, tersenyum genit menyapa embun. Kicauan burung-burung kecil di ujung ranting, bak motivator membakar semangat pagi.
“Pagi yang cerah,” gumam pakle Veyz, sembari membuka jendela kamarnya yang pengap. Sejuk udara pagi, bertempur melawan hawa sisa-sisa ngorock pakle Veyz semalam. Di tepi jendela, pakle Veyz membentangkan tangannya, menggeliat laksana aktris di film drama romantis, yang tampak sekilas di kaca jendela apartemen mewah.
Ketika tengah asyik menikmati sejuknya udara pagi dari balik jendela sepi, tiba-tiba pakle Veyz merasakan sesuatu yang aneh di dalam perutnya. Tanpa pikir panjang, segera pakle Veyz melangkah keluar kamar.
“Bruduuuk!”
Karena terburu-buru pengin cepat mendarat di kakus belakang rumah, di depan pintu kamar, pakle Veyz menabrak Andri yang melintas dari dapur menuju ruang tengah. Andri tengah membawa segelas susu coklat bekal sarapan.
Susu coklat yang berada di tangan Andri, tumpah tepat di wajah pakle Veyz. Paman dan keponakan itupun jatuh terhempas ke lantai.

Senin

Diferensiasi

Image Google

Angin yang semula berembus tenang, bergerak lebih cepat dan semakin cepat. Atap bangunan rumah warga di desa Cemewei beterbangan. Kepanikan di sana sini, semua orang berhamburan keluar rumah menyelamatkan diri.
“Ada apa ini?” teriak seorang warga, berlari terbirit-birit membenahi sarung kusam yang dikenakannya, sambil menggenggam tablet canggih.
“Kiamat, kiamat, kiamat!” celetuk warga lainnya.
“Jangan sembarangan kamu bicara. Aku sama sekali belum mendengar suara sangkakala.”
“Mungkin saja malaikat Israfil sudah meniup sangkakala, karena kita terlalu sibuk facebookan, twitteran, bbmman, dan youtube-ban, kita tidak mendengar suara itu.”
“Sesat kamuuu! Kamu benar-benar sesat!”
“Aaaaaaaaach! Selamatkan jiwa, selamatkan diriiiiiiiiiiiiii!”
“Terlambaaaaaaaat! Kita tak punya waktu lagiiiii.”      
Hembusan angin semakin kuat menghempas pohon dan rumah warga.


***

Keesokan harinya.
Seorang pembaca berita televisi dengan suara bergetar menyampaikan berita duka tentang bencana badai besar yang melanda desa Cemewei.
“Kita beralih ke berita lainnya. Puluhan rumah warga di desa Cemewei rusak parah, pasca dilanda badai besar kemarin petang. Tidak ada korban jiwa dalam bencana badai besar kali ini, namun kerugian warga diperkirakan mencapai miliaran rupiah. Informasi lain yang kami dapatkan dari lokasi peristiwa, ada satu rumah megah milik warga di desa Cemewei yang tetap kukuh berdiri, tanpa kerusakan berarti. Keterangan dari warga sekitar, bangunan megah itu milik warga pendatang bernama Sujono. Rumah megah yang dibangun sekitar setahun yang lalu itu, baru ditempati keluarga Sujono seminggu sebelum bencana terjadi. Saat ini berkembang berbagai spekulasi tentang kehadiran keluarga Sujono di desa Cemewei. Demikian yang dapat kami sampaikan, sampai jumpa!”
Hiruk pikuk warga, masing-masing sibuk berkemas, sebagian lain sibuk mengais harta benda yang masih layak pakai di sisa puing bangunan.