Senin

Yang Muda Yang Bicara (Yang Muda Tidak Lagi Dipandang Sebelah Mata)




Membaca judul di atas, para sobat mungkin akan berkata walau hanya di dalam hati, “(Asal deh si TM! mana ada istilah yang muda tidak lagi dipandang sebelah mata, yang ada itu: Yang muda dipandang sebelah mata” ya kan.? jangan bohong deh, bohong dosa loh, hehehe maksa). Benar, saya juga setuju bahwa kenyataannya istilah yang beredar di lingkungan masyarakat kita itu ”Yang muda dipandang sebelah mata” dan saya mengatakan semua itu benar bukan hanya karena semata-mata saya pernah mendengarkannya, tetapi saya juga pernah merasakan panasnya hawa tubuh saat berada di dalam lingkarannya, apakah sobat pernah mengalaminya?



Kala gagasan dari kita sebagai seorang generasi muda dalam sebuah forum diabaikan oleh mereka yang mengklaim dirinya lebih tua tanpa mempertimbangkannya terlebih dahulu, padahal apa yang kita lakukan tersebut sudah melalui prosedur yang benar, ditambah lagi dengan ulasan serta alasan yang kita kemukakan juga masuk akal, jelas dan dapat dimengerti. 

Saya pernah berada di posisi seperti itu, apakah saya kecewa? Jawabnya iya, kesel juga dikit, tetapi saya berusaha mengambil hikmah dari semua kejadian itu sebagai pembelajaran bagi saya untuk masa mendatang, “Bila nanti saya sudah setua mereka saya tidak akan melakukan hal yang sama seperti apa yang sudah ia lakukan terhadap saya hari ini. Saya akan menampung semua masukan positif dari siapa saja tanpa melihat siapa dia, berapa umurnya dan apa latar belakangnya”. Kata itulah yang saya tanamkan di dalam hati saya waktu itu di antara balutan kekecewaan yang berputar-putar mengelilingi roh saya, seolah seperti mengejek diri sendiri sambil berkata, Mang enak dikacangin!. Ya, itulah faktanya, namun saya sangat bersyukur ternyata semua itu tidak membuat saya kapok, terpuruk dan minder untuk mengemukakan pendapat, malahan sebaliknya membuat saya termotivasi untuk menunjukkan bahwasanya yang muda juga bisa memiliki pemikiran dan gagasan yang berkwalitas, setara, bahkan bisa melebihi mereka yang mengklaim dirinya lebih tua.  

Pada kesempatan lain, saya juga pernah mendapatkan perlakuan yang sama, tetapi dengan alur cerita yang berbeda. Kejadiannya di pertengahan tahun 2009 tepatnya beberapa hari setelah Pilpres usai, waktu itu sekitar pukul 20:00 wib atau (jam 8 malam Waktu Indonesia Bandung, weieeehe). Seperti malam-malam sebelumnya, pukul 8 malam merupakan jadwal rutin saya berkunjung kerumah makan tempat saya biasa menikmati jamuan makan malam yang berjarak sekitar 100 meter dari kosan saya. 

Bergegas sedikit tergesa demi menjawab tanya dari rasa lapar yang mulai menggoda, tanpa sadar langkah kaki makhluk yang sedang lapar sudah menuntun saya tepat di depan pintu masuk rumah makan yang saya tuju, diiringi sapaan akrab dari sang pemilik rumah makan, karena memang kami sudah dekat dan saling mengenal. Setelah itu tanpa pikir panjang saya langsung menuju meja yang kosong di pojok sebelah kiri bagian belakang. Entah karena lapar atau apa saya tidak sempat menoleh kemana-mana, yang ada di pikiran saya waktu itu adalah saya mau makan karena saya lapar, wieheehehee. 

Tiba-tiba saya mendengar suara sapaan yang memanggil nama saya dari meja sebelah kanan“ Makan besar Bang TM?” Setengah kaget saya memutarkan kepala saya ke arah meja sebelah kanan, ternyata yang menyapa saya itu bapak pemilik kos lagi makan malam bersama dua orang temannya, (Aneh ya, biasanya Ibu kos. Maksud saya suaminya ibu kos, weehhehehe. TM dibacanya Ti eM, itulah panggilan akrab saya). Untuk kata abang sendiri saya juga tidak tahu, semua orang yang saya kenal di lingkungan tempat tinggal saya tidak pandang usia menambahkan kata abang di depan nama saya. Apa mungkin karena saya berdarah minang kali ya, jadi dipanggil abang, harusnyakan Uda, wehehehee, Entahlah). Mendengar sapaan dari pak kost, saya langsung menjawab “Eh, bapak, iya ni pak, bapak udah makan” dia menjawab, “ini baru selesai, terusin dulu aja makannya bang, nanti kita lanjutin lagi ngobrolnya”.  

Sembari makan, kuping saya secara tidak sengaja menangkap pembicaraan bapak kos bersama dua orang temannya yang mejanya bersebelahan dengan meja saya, tema yang mereka bicarakan tentang politik, mereka bertiga berdebat mengunggulkan jagoannya masing-masing di pilpres yang telah usai digelar, saya hanya mendengar. 

Sampailah saya pada perjuangan suap terakhir, kemudian saya mencuci tangan dan membersihkannya dengan tissue, pak kos berkata lagi “Udah selesai bang, makannya? Hayuk gabung di sini bang, kita ngobrol-ngobrol!” Belum sempat saya menjawab, salah seorang dari temannya pak kos bersuara, ”anak muda sekarang mah tahunya pacaran aja, mana mau tahu dengan masalah politik” Saya hanya tersenyum sambil berkata dalam hati “wah, saya benar-benar telah diremehkan hari ini” Saya mulai berkata sambil tersenyum yang sedikit dipaksakan. Iya pak, sebagai generasi muda tentunya saya perlu menyerap pengetahuan dari bapak-bapak yang lebih berpengalaman dari saya, bila diizinkan, bolehkah saya bergabung di meja bapak? Tanya saya, dan mereka menjawab "silakan". Ya, saya mulai melangkahkan kaki untuk pindah meja dan bergabung bersama mereka, kursi tempat saya duduk bersebelahan dengan pak kos, sementara dua temannya pak kos duduk berhadapan dengan kami.

Saya mulai disodorkan pertanyaan perdana, Ade’ mendukung siapa ne? temannya pak kos memanggil saya dengan sebutan ade (adik, karena mungkin dia tidak tahu nama saya), Saya jawab, saya netral pak, yang salah menurut saya akan saya katakan salah dan yang benar menurut saya akan saya katakan benar. 

Dan mulailah perbincangan, di awal-awal pembicaraan semua berjalan wajar, tetapi lama kelamaan saya jengah juga mendengar kata-kata salah satu dari bapak yang duduk di depan saya, karena pembicaraannya cenderung menghelu-helukan kandidat dan partai tertentu, sementara kebenaran dari calon yang lain seperti sengaja ia sembunyiin, dari situ mulai terjadi tanya jawab antara kami berdua, sementara pak kos dan satu temannya yang lain hanya tersenyum dan tidak mau terlibat langsung dalam perdebatan, dia hanya sesekali menyela pembicaraan, Jreeeng, jreeeng, Saya mulai menguraikan satu persatu tentang apa yang sudah ia ucapkan, di luar dugaan saya, berbekal dari pengetahuan yang saya gali dari berbagai sumber dalam kehidupan, ternyata si bapak tersebut mulai terpojok dan kewalahan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari saya, sementara setiap pertanyaan yang dia lemparkan kepada saya jawabannya saya kemas dengan uraian yang jelas. Kuping dan mungkanyapun mulai memerah, sampai pada pertanyaan  terakhir dari dia kepada saya malam itu, “setengah emosi dia berkata, menurut kamu bakalan ada kenaikan BBM nggak, sampai akhir bulan desember tahun sekarang?” Saya jawab, “semua tentu tidak setuju dengan kenaikan BBM, tapi kalau alasan yang dikemukakan pemerintah masuk akal dan bisa diterima, ya kita harus terima, toh kenaikan kemarin tidak hanya terjadi di negara kita saja, tetapi di negara lain sampai ke Europe juga mengalami kenaikan. Beberapa bulan yang lalu pemerintah sudah menaikan harga BBM, saya rasa kalau harga minyak dunia tetap stabil, pemerintah tidak punya alasan yang tepat lagi untuk menaikan harga BBM. 

Mendengar jawaban saya seperti itu dia langsung mengeluarkan dompetnya untuk mengambil uang yang tersimpan di dalamnya, lantas ia menyuruh salah seorang karyawan rumah makan untuk membelikan kwitansi. Saya kaget dan bingung, sambil bertanya dalam hati, buat apa ya si bapak itu menyuruh karyawan rumah makan membelikan dia kwitansi” tidak lama berselang datanglah karyawan rumah makan yang tadi ia suruh untuk membeli kwitansi, dengan pulpen dia langsung menulis di kwitansi tersebut, isinya kurang lebih seperti ini: Bila terjadi kenaikan BBM sampai akhir bulan desember tahun 2009, saya harus membayarkan uang sebesar satu juta kepada dia dan bila tidak terjadi kenaikan BBM sampai akhir bulan desember 2009, dia yang akan membayar sebesar satu juta kepada saya” 

Saya benar-benar kaget sementara bapak kos dan satu temannya yang lain juga kaget, apa ini maksud dari si bapak, apakah saya diajak untuk taruhan terhadap pernyataan saya tadi? ”saya mulai bertanya dalam hati” Ternyata dugaan saya benar, karena setelah itu ia menuntut saya untuk menanda tangani kwitansi yang sudah ia isi tersebut, sementara saya tidak mau tanda tangan, bapak kos dan satu temannya yang lain berusaha untuk menenangkan si bapak  yang sudah dihinggapi amarah.

Saya lihat jarum jam tepat di angka sembilan malam, saya tetap tidak mau tanda tangan, saya berpikir untuk pamit karena besok saya harus beraktivitas. Sebelum saya pamit saya mengucapkan permintaan maaf kepada ketiganya, sebagai generasi muda yang masih perlu belajar banyak tentang kehidupan, saya minta maaf bila ada kata-kata dari saya tadi yang tidak berkenan di hati bapak-bapak.” Saya pamit, saya jabat tangan ketiganya, bayar makan dan langsung bergegas menuju kos, dalam perjalanan saya hanya berpikir sebenarnya apa yang terjadi malam ini, di dalam hati saya berkata “maksud si bapak tadi itu apa ya, kok dia bersikap seperti itu, sesengsara-sengsaranya saya sebenarnya malam ini juga bisalah saya menyediakan duit satu juta, jiehehheheee, dan lagian ini hanya debat di rumah makan, coba kalau debat Live on TV ( wah, apa kata dunia jiehehhehe)”  

Semua berlalu malam itu, saya tidak pernah ketemu lagi dengan bapak yang marah-marah dan mengajak saya untuk taruhan saat di rumah makan itu, karena lingkungan RT tempat saya tinggal tidak sama dengan si bapak yang telah memberikan pelajaran berharga bagi hidup saya karena sifat emosionalnya. (Belakangan saya baru tahu, ternyata bapak yang berdebat dengan saya pada malam itu ternyata seorang tokoh masyarakat yang disegani banyak orang di lingkungan daerah tempat tinggalnya, sekaligus anggota tim sukses dari salah satu kandidat capres 2009 yang kalah pada pilpres waktu itu).

Saya tidak tahu apa yang akan terjadi dalam kehidupan saya, hari esok dan seterusnya semua masih rahasia besar, saya sebagai manusia hanya bisa berencana, ya berencana merangkai nasib dan sang Khaliq-lah yang akan menetapkannya. Sampai kepada bulan ramadhan dan lebaranpun tiba, di luar dugaan ternyata saya dan si bapak itu salat Id di satu mesjid yang sama. Saya benar-benar tidak menduga sebelumnya. Setelah selesai salat dan bersilahturahmi dengan jemaah yang lain, saya melangkah keluar dari masjid, karena saya harus bersilahturahmi juga dengan keluarga saya yang tinggal berbeda kota dengan saya, walau masih di kawasan Bandung juga. Di depan pintu keluar mesjid ada yang memegang pergelangan tangan sebelah kanan saya dari belakang, saya menoleh kebelakang dan dia langsung memeluk saya sambil menangis dan berkata “Ade’ maafin bapak ya!” Saya menjawab, “iya Bapak, saya juga minta maaf”. Setelah itu sayapun mulai merasa akrab dengannya, kami ngobrol-ngobrol ringan, sampai akhirnya dia mengajak saya untuk bersilahturahmi juga kerumah tempat tinggalnya yang tidak begitu jauh dari mesjid tempat kami salat Id.

Semua itu adalah kisah nyata dari saya, di antara sekian banyak kisah kehidupan yang pernah saya lalui. Mudah-mudahan kita semua bisa mengambil hikmah dari kisah saya di atas. Tetap kunci dari segala bentuk kebersamaan adalah rasa cinta terhadap sesama dan jangan pernah menilai sesuatu hanya dari kulitnya saja, cari tahu juga isinya, karena Yang perlu dinikmati itu kopinya bukan cangkirnya, Iya kan? Walaupun begitu cangkir juga tidak boleh sembarangan loh, minimimal harus yang bersih dan enak dilihat. Bila kita ingin dihargai orang lain, kita juga harus belajar untuk menghargai orang lain serta bersikap layak agar pantas dihargai oleh orang lain. 

Sebagai seorang generasi muda, tunjukan dengan keseriusan dan kebaikan hati kita bahwasanya yang muda juga memiliki pemikiran dan pengetahuan yang juga pantas untuk dihargai. Alhamdulillah saya sudah mematahkan istilah itu dalam kehidupan saya, saya tidak lagi dianggap sebagai anak muda yang berpemikiran tidak jelas. Dengan gagasan positif dari saya juga telah banyak mendatangkan manfaat terhadap lingkungan dan orang-orang terdekat saya, jadi istilah yang saya pakai sekarang adalah sesuai dengan judul di atasYang Muda Yang Bicara (Yang Muda Tidak Lagi Dipandang Sebelah Mata)”

Bila saya fikir-fikir sekarang, andai saya mau menandatangani perjanjian waktu itu. Wah sudah pasti saya dapat uang cuma-cuma ya sebesar satu juta, jiehehehehe, becanda. Tapi memang buktinya sampai sekarang juga harga BBM tidak naik dan mudah-mudahan sampai kapanpun harga BBM tetap tidak naik-naik lagi, kalau harganya turun itu harapan kita semua, syukur banget.:D

Di sini saya hanya menceritakan sedikit pengalaman dari langkah waktu yang pernah saya lewati. Toh, kalau ada di antara sobat yang mengatakan saya lagi curhat, nggak apa-apa.:D


Terima kasih

13 komentar:

  1. yaa... setuju banget Jo..... hehehehe

    "perhatikan apa yang diucapkan, jangan melihat siapa yang berbicara............ :)

    BalasHapus
  2. @Yhantee........Jihehehee.... Jgn lihat covernya ajja ya... mentang2 celananya sobek2...jihehehehehee.....

    BalasHapus
  3. padahal udah terbukti yah, kekuatan pemuda itu jauh lebih hebat dr pada mereka yang sudah berpengalaman hidup (baca:tua) :D

    iyah tuh coba tantangannya diterima, dapet de 1 juta..hehehe..

    salam kenal yah :)

    BalasHapus
  4. @Mba Devi, Benar bangeet, usia ternyata tdk sepenuhnya menjamin seseorang untuk berprilaku dewasa...

    Iya ya...jiehhehe...Tp k-lo saya ikotan berarti secara langsung saya sudah mngakui duunk cara dia, padahal taruhan itu kan tdk baik bwt kesehatan "Krisis kantong kroniz" JIhehehehheee.....

    Thankz Mba Devi, slm knl balik ya...!!!

    BalasHapus
  5. Episode hidup yang sangat mengesankan, hehe..hidup terkadang memang aneh ya bang TM(Jiehe,jadi ikut manggil abang nih)...

    Semoga saja ada beberapa orang tua yang juga membaca blog Mr TM ini, jadi mereka bisa belajar juga melihat segalanya secara objektif, bukan subjektif.

    NB. Mr TM urang minangnya campuran ya?? lai bisa baaso minang jugakah?

    BalasHapus
  6. @KAk MJ... Jieeee lah, panggilan abangnya bikin panas dingin.....jiehhehehehe......

    Mudah2an aja ya, yg pasti kan tdk semua orang tua seperti itu....


    Bs duuunk kak MJ, buktinya TM ikot brpartisipasi bikinin lagu bwt tifosi bola d ranah minang....

    O ya, yg lagu Kabau Sirah udah bs d download blm kak....?

    BalasHapus
  7. Mba Shefya... Emoticon senyumannya....jihehee.....


    Thankz Mba Shefya, udah mampir....!!!

    BalasHapus
  8. udah bisa kok bang TM, ntar kalo ada yg baru dishare lagi ya.. :)

    Yang Bawa Cintamu Pergi itu sering banget lho kak MJ puter dirumah, sampe hubby nanya2, itu lagu siapa sih?? ga pernah denger,, hehehe..

    Bang TM minangnya dimana? kak MJ terakhir kepadang tahun 2008. (yang nanye siape?? :D)

    BalasHapus
  9. @Kak MJ. Syukurlah, InsyaAllah akhir bln sekrang siapin ya ruangan khusus bwt lagu terbaru dr TM, jiehhehee...promo...


    Thankz Kak MJ, bilang ajja ithu lagunya musisi nyasar, biar ga' membingungkan...jiehhhehehe.....


    TM Minangnya Pariaman...

    BalasHapus
  10. iya nih TM curhat hehehe...
    Baguslah berbagi ceritaa, yang baca jadi tau kan...dan menurut aku pemuda jaman sekarang udah Okes banget lagi...inspiratif.

    BalasHapus
  11. Kak Nadia... jieeee...Jd pengen malu TM, jiheheheheeee....

    Hidup pemuda pemudi.....Thankz kak Nadia....!!!

    BalasHapus
  12. beri aku 10 pemuda maka akan kugoncangkan dunia (soekarno)

    bung karno aja milih pemuda:D
    yang muda yang berjaya lah...

    BalasHapus
  13. JIeeeee Mba Nova, Iya ya...

    Malah kita punya hari besar "SUMPAH PEMUDA" ya, tp sumpah petua ga ad thu, paling jg ad sumpah bapak2 ama Ibu2 yg lg sebel....jiehheheheheee.....

    Thankz Mba Nova...

    BalasHapus