Rabu

Yes, I am Plusser!


Saya yakin, sobat (terutama plusser senior) masih ingat dengan postingan saya terdahulu (2 atau 3 tahun silam) yang materinya membandingkan fitur beberapa media sosial, khususnya antara Google+ dan Facebook. Kala itu awal kemunculan Google+ yang hadir sebagai media sosial baru dengan fitur-fitur menarik, menjanjikan kenyamanan bagi setiap penggunanya dalam berinteraksi dan berbagi.

Kehadiran Google+ menjadi salah satu pesaing media sosial lain, terutama media sosial yang telah cukup populer sebelumnya (baca: facebook). Oleh sebab itu, tidak jarang pengamat media sosial, bahkan Plusser (sebutan untuk pengguna Google+) sering kali membandingkan fitur antara kedua media sosial di atas.


Waktu itu saya merupakan salah seorang yang cukup terkesan dengan fitur-fitur yang ditawarkan Google+, diantaranya adalah sistem pertemanannya (baca: circle) circle memungkinkan kita membuat pengelompokan terhadap tulisan (postingan) yang ingin kita baca di stream, pun begitu juga ketika ketika nge-pos, dengan adanya circle kita dapat menentukan kepada siapa saja tulisan yang kita posting dibagikan. Selain itu ada fitur Sparks (portal berita), Hangout, Gif, posting dan komentar yang bisa diedit, dsb. Salah satu yang paling sangat luar biasa adalah tidak ada satu pun iklan di stream (sampai sekarang) + dilengkapi dengan user-user yang tidak kalah luar biasa juga kala itu. Dan masih banyak fitur menarik lainnya yang tak mungkin saya sebutkan satu persatu. 



Sebab alasan di atas, saya yang sebelumnya aktif di facebook dengan senang hati memutuskan bergabung dengan Gooogle+ setelah diundang oleh salah seorang senior saya di blogger (bang +Jarar Siahaan ). Waktu itu google+ masih diuji coba dan pendaftarannya belum dibuka untuk umum kecuali diundang (invite). Berbarengan dengan itu pula saya putuskan untuk menutup salah satu akun media sosial saya sebelumnya (baca: facebook). 


Dulu di sini, selain berbagi dan berdiskusi, di media sosial milik Google ini, kami juga sering mengkritik kelemah-kelemahan media sosial tetangga (baca: facebook) dan membandingkannya dengan fitur Google+ yang waktu itu memang saya akui, fitur yang ditawarkannya jauh lebih menarik dibandingkan facebook dan sistem pertemanannya juga jauh lebih dewasa. 


Lantas bagaimana sekarang? 

Saya masih tetap memberikan +1 terhadap Google+, saya juga merasa masih nyaman berselancar di Google+, walau akhir-akhir ini kenyamanan awal waktu dulu mulai sedikit terkikis, seiring hadirnya  akun-akun labil serta dengan adanya beberapa fitur baru (tak popular) yang menurut kacamata saya sebagian diantaranya seperti diadopsi dari media sosial terdahulu (baca: facebook). 

Saya merasakan pembenahan yang dilakukan google terhadap produknya yang satu ini (Google+), berjalan sangat pelan dan teramat sangat lambat. Kenapa saya bilang lambat? Karena di lapak sebelah ia (facebook) melakukan pembenahan sedikit lebih cepat.


Beberapa bulan yang lalu, karena ada kepentingan yang tidak bisa saya sebutkan, saya kembali membuat akun Facebook (sekarang sudah saya tutup lagi). Dari situ saya coba menjejal beberapa fitur baru milik facebook (yang dulu waktu masih aktif disana tidak saya temukan). Saya kaget, hampir sebagian besar fitur-fitur andalan Google+ sudah disematkan di sana. 


Salah satu yang menarik adalah cepatnya respon dari tim facebook ketika ada laporan pelanggaran. Ketika itu saya melaporkan akun bermasalah yang menerbitkan konten pornografi, dengan menyertakan bukti yang ada, hanya hitungan menit langsung direspon oleh tim facebook dan ia meminta waktu satu jam. Setelah satu jam saya mendapatkan email pemberitahuan bahwasanya laporan saya telah ditindak lanjuti dan akun tersebut telah dienyahkan. Sampai dua kali saya mencoba melaporkan akun bermasalah dan keduanya berhasil serta direspon dengan cepat oleh tim facebook. 


Untuk hal respon laporan terhadap akun bermasalah, saat ini harus saya akui, tetangga sebelah sedikit lebih unggul ketimbang Google+ yang saya nilai mulai sedikit kendor. Sebagai user yang sering dipanggil Hansip G+,  saat ini menurut saya sangat sulit untuk membuat laporan yang cepat direspon, ketika kita menemukan akun bermasalah semisal akun yang kontennya berisi materi pornografi. Di lapak sebelah hanya satu orang yang melapor langsung direspon, sementara di sini. Ada apa dengan G+? Entahlah.


Berdasarkan temuan di atas, apakah saya akan kembali membuat akun facebook dan aktif di sana? Jawabannya tidak. Saya masih nyaman berada di sini. Kendati fitur nyaris sama, menurut saya masih ada hal-hal yang membuat Google+ sedikit lebih unggul dibandingkan facebook. Salah satunya adalah masih adanya plusser yang menerbitkan pos dengan konten menarik (bermanfaat) atau hiburan, tidak hanya sekadar sampah, keluh kesah atau tulisan alay tak penting dan sejenisnya.


Betapa tidak sedikit teman yang mengecam saya ketika saya kembali membuat akun facebook. Bahkan ada yang mengatakan saya berbelok, tidak konsisten, dsb. Saya santai menyikapi itu, setiap orang bebas untuk tidak suka terhadap suatu hal, namun bila suatu hal yang tidak disuka tersebut telah berubah, apakah masih punya alasan untuk tidak suka? 


Misalnya saya meninggalkan facebook karena merasa tidak nyaman dan lebih nyaman aktif di Google+, bila suatu saat nanti ada kemunduran dalam hal pelayanan di Google+, sementara facebook atau ada media sosial lain yang membuat saya lebih nyaman, saya pastikan, saya akan beralih ke media sosial yang membuat saya lebih nyaman tersebut. 


Dalam berbagai hal yang diciptakan, diantaranya bisa tumbuh, berkembang dan tidak semua baku seperti batu. Misalnya dulu saya tidak suka facebook karena link blog dan link akun saya yang lain ditolak, dianggap sebagai spam, sebab itu saya pun memberikan kecaman. Ketika link-link milik saya sudah diterima dan tidak dianggap lagi sebagai spam, berarti saya tidak memiliki alasan lagi untuk tidak suka. Dengan itu apakah sobat akan mengatakan saya orang yang tidak konsisten? 


Saya berangkat dari Blogger dan sekarang masih, bertambah menjadi Plusser dan sampai sekarang juga masih. Saya juga aktif di Tumblr, Twitter dan beberapa forum diskusi dunia maya. Saat ini saya tidak memiliki akun facebook. 


Berfikir realistis, tidak apatis terhadap perubahan positif, itu lebih baik ketimbang mempertahankan pola pikir zaman batu yang memang sudah tidak sesuai digunakan abad ini. 


Ini hanya cara saya berbagi sedikit pengalaman selama berselancar di dunia maya. Pergunakanlah media sosial dengan bijak, jangan sampai merusak kehidupan sosial Anda di dunia nyata. 


Salam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar