Minggu

Korenah VI

Image Google

Iklan
Pulang sekolah, Andri selonjoran di ruang tengah sambil menonton televisi. Saat lagi asyik menonton, Andri dikagetkan oleh suara panggilan mak Ratna yang tengah memasak di dapur.
“Le!”
“Iya, Mak.”
“Kamu lagi apa?”
“Nonton tipi.”
“Nanti kalau udah iklan, tolong beliin mak kecap ke warung depan.”
“Iya, Mak.”




Lima menit kemudian.
“Le!”
“Iya, Mak.”
“Udah iklan belum!”
“Belum.”

Lima belas menit kemudian.
“Le, mana kecapnya, udah jadi dibeli?”
“Belum.”
“Kok lama?”
“Belum iklan.”
“Haaa, beli dulu aja bentar, siapa tahu pas kamu lagi beli kecap ada iklan.”
“Tanggung, Mak.”


Tiga puluh menit kemudian.
“Le!”
“Ya, Mak!”
“Jangan bilang belum iklan ya.”
“Memang belum iklan kok Mak.”
Kesal, mak Ratna bergegas menuju ruang tengah, sambil menggenggam sendok penggorengan. Tiba di ruangan tengah, mak Ratna merengus dongkol. “Huuuft!” Ketika mendengar suara Valentino Simanjuntak.
“Andik Vermansyah berlari menyisir lapangan, masih Andik. Sebuah umpan LDR membelah lautan dari Andik menuju Boas. Boas Salosa, masih Boas Salosa, tendangan merobek langit dari Boas Salosa. Ya ampuuun! Jebret! Jebret! Gooooooool! Sebuah Gerak tipu yang manis. Satu kosong untuk timnas Indonesia. Kerjasama apik Andik dan Boas telah mencabik-cabik keutuhan rumah tangga Harimau Malaya.”
Rupanya Andri tengah menonton siaran bola yang iklannya cuma 45 menit sekali, ha-ha.


---------------------------------------
Ngutang

Dewasa ini keberadaan alat komunikasi layaknya sebuah kebutuhan. Teknologi informasi kian memasyarakat, handphone tidak lagi menjadi barang mewah. Melihat prospek yang begitu menjanjikan dari situasi tersebut, pakle Veyz tertarik untuk membuka usaha konter HP. Tidak menyia-nyiakan kesempatan, setelah menguras bak mandi, Pakle Veyz menguras isi tabungan. Dibantu Andri dan mak Ratna, konter HP milik pakle Veyz mulai beroperasi.
Hari pertama buka, konter yang diberi nama Tembakau Gulung Komunika itu sudah diserbu pelanggan yang antre mengular sampai berpuluh-puluh meter, untuk mengutang pulsa, ha-ha. Tak sudi usahanya bangkrut di hari pertama buka, pakle Veyz berusaha mencari cara agar para pelanggan konternya tidak terus mengutang.
“Pusing aku, iso bangkrut, iso modar aku,” gerutu pakle Veyz.
“Woles dik Veyz, namanya juga usaha,” ucap Mak Ratna memberi motivasi kepada pakle Veyz.
“Usaha, kok ngutang kabeh.”
“Aku punya ide,” timpal Andri.
“Ide opo toh, Le?”
“Konon dalam mitos Yunani kuno, bila kita pasang boneka Doraemon di depan konter, bisa mencegah orang untuk mengutang.”
“Yang benar kamu, le?”
“Coba aja dulu, pakle.”
Besoknya pakle Veyz membeli boneka Doraemon, kemudian menempatkannya di depan konter, dengan harapan tidak ada lagi pelanggan yang mengutang. Apakah upaya pakle Veyz berhasil? Tentu saja tidak, ha-ha.
“Ide kamu ngawur, le.”
“Pakle harus ganti boneka kayaknya. Mungkin dewa Yunani enggak suka Doraemon.”
“Jangan boneka lagi, ganti cara lain,” timpal mak Ratna. “Pakai pengumuman atau spanduk lebih manjur kayak e dik Veyz.”
Besoknya pakle Veyz membuat spanduk super besar bertuliskan, “Dilarang mengutang!” Apakah upaya pakle Veyz berhasil? Jelas tidak, pelanggannya tetap saja mengutang.
“Nyerah deh aku, mendingan ganti usaha lain,” keluh pakle Veyz.
“Jangan menyerah gitu dong, Pakle. Aku punya ide super yahud, yakin deh bakalan berhasil.”
“Ah, ide kamu ngawur kabeh!”
“Yang ini beda, Pakle.”
Kemudian Andri minta uang kepada pakle Veyz untuk membuat spanduk baru. Setelah spanduk itu selesai, Andri langsung memasangnya di depan konter hp pakle Veyz. Menakjubkan, ide Andri kali ini berhasil, hingga tidak ada satu orang pun umat manusia yang berani mengutang.
Pengin tahu rahasianya?
Andri membuat spanduk super besar bertuliskan, “BARANG SIAPA YANG MENGUTANG, BARANGNYA AKAN SAYA MAKAN MENTAH-MENTAH!” Di sebelah tulisan itu terpampang gambar gigi seperti siap melahap barang siapa saja. Setelah itu tidak ada lagi yang berani mengutang.
(Bisa habis tu barang, ha-ha).
---------------------------------------

Serupa Tapi Tak Sama
Menjelang sore, Andri bergegas ke konter untuk membantu pakle Veyz. Petang itu suasana di konter tidak terlalu ramai, hanya ada satu orang pelanggan. Lelaki paruh baya mengisi pulsa lima ribu rupiah, kemudian membayarnya menggunakan uang pecahan seratus ribu.
“Enggak ada uang kecil, pak?” tanya pakle Veyz.
“Waduh, enggak ada, pak,” balas lelaki paruh baya sambil merogoh saku celana.
Kemudian pakle Veyz melongok laci tempat menyimpan uang. “Yah, enggak ada receh,” gumam pakle Veyz. Setelah itu pakle menyuruh Andri menukarkan uang pecahan seratus ribu tersebut. Saat Andri hendak berangkat, lelaki paruh baya mencegah.
“Bentar, Dik! Enggak usah tukar. Saya nitip aja, di depan sana kan ada mini market, tolong adik belikan saya rokok.”
“Rokok apa pak?” tanya Andri.
“Samsu satu bungkus, Jarum satu, Magnum dua!”
Dengan mantap Andri melangkah menuju mini market. Tidak berapa lama Andri kembali menenteng kantong plastik kecil, lalu menyerahkan kantong tersebut kepada lelaki paruh baya. Setelah membayar uang pulsa, lelaki paruh baya berlalu.
Selang beberapa menit, lelaki paruh kembali ke konter sambil menenteng plastik kecil berlogo mini market tempat Andri membeli rokok sebelumnya.
“Mau isi pulsa lagi, pak?” tanya Andri.
“Bukan, saya mau nanya, tadi saya nitip beli apa?”
“Samsu satu bungkus, Jarum satu, Magnum dua!”
Kemudian lelaki paruh baya mengeluarkan isi kantong plastik satu-satu.
1.      Satu bungkus Rokok Samsu.
2.      Satu kotak Jarum pentol.
3.      Dua bungkus Es cream Magnum.

Ha-ha, sampai ketemu di Korenah VII

Bandung, 5 Maret 2017


TM Hendry, s

16 komentar:

  1. hehehe... pagi2 saya disuguhin cerita kocak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awali hari dengan tawa, ya mba Santi.:D

      Hapus
  2. Ada-ada saja,, ya terkadang zaman waktu kita kecil juga seperti itu, disuruh emak malas, alasannya nunggu iklan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi enggak nunggu iklan saat pertandingan bola kan, mas Indra? :D

      Hapus
  3. Ada rokok merk magnum ya, baru tahu. Mungkin kalau saya dititipin pasti dapatnya juga es cream magnum. Hahhaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, ternyata mbakyu Qudsi Falkhi berpotensi seperti Andri dalam cerita di atas. Diminta beli rokok Magnum, malah beli es cream.:D

      Hapus
  4. Haha cerita kamu membuat saya tertawa, ya juga anak-anak kalau sdh asik nonton tv gitu tuh

    nah yang suka ngutang hati-hati mau ditelan tuh hehe

    Ini yang sering terjadi, menyebutkan sesuatu kadang harus jelas supaya tidak salah kaprah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahaha, Iya, Bu.

      Terima kasih sudah mampir.:)

      Hapus
  5. duh suka banget sama ceritanya, meskipun singkat tapi gak garing
    cukup terhibur di tengah kemumetan hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, mbakyu Ami ternyata lagi mumet. Semoga setelah baca Korenah, ga mumet lagi.:D

      Hapus
    2. hehe iya mas
      ini candaan ringan tapi gak garing

      Hapus
    3. Hehehe, maaf lahir batin.:)

      Semoga mbakyu Ami udah ga mumet.:D

      Hapus
  6. Njir! Iklannya setiap 45 menit sekali!! Kesian yang masak nunggunya lama.

    Spanduknya mengerikan, memakan barang barang. Ehh....!!

    Menghibur sekali kontennya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih mbakyu Arum Kusuma.:)

      Next Korenah, makan barang2nya ganti sama makan promina kayaknya keren ya? Ha-ha.

      Hapus
  7. maknum wkwkwkwk... magnum dong ituuuu, tapi ya rokok ada magnum juga ya :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbakyu Sari Widiarti, diminta beli rokok, Andri malah beli es cream.:D

      Hapus