Selasa

Badar Besi

Image google

Pulang sekolah, wajah Andri terlihat lebih kusut dari biasanya, ia teringat dongeng tentang badar besi yang diceritakan oleh pendongeng tua yang biasa mangkal di depan pagar sekolahannya. “Apa iya, zaman sekarang masih ada cincin yang membuat pemakainya kebal senjata?” Andri bertanya-tanya dalam hati.

Masih membekas di ingatan remaja yang baru duduk di bangku kelas sepuluh itu tentang badar besi yang diceritakan pendongeng. Ia membayangkan, seandainya ia memiliki cincin badar besi, tentu ia akan menjadi super hero yang disegani seantero bumi.

Puas berhayal sambil tidur-tiduran di atas tikar karet yang terhampar di ruang tengah. Andri bangkit, lalu bergegas menuju dapur, sambil menggenggam smartphone baru hadiah ulang tahun dari Paklenya.

 “Mak, minta duit lima puluh ribu!”

Mak Ratna kaget, hampir saja pisau dapur yang sedang ia gunakan untuk mengiris bawang itu melukai jarinya. Ia menoleh ke sumber suara. Di pintu yang menghubungkan antara dapur dan ruang tengah, mak Ratna melihat Andri berdiri sambil menggengam handphone di tangan kanannya.

“Kamu iki Le, bikin mak kaget aja. Buat apa, kamu meminta duit sebanyak itu?” Tanya mak Ratna. “Buat beli kondom, Mak!” jawab Andri. Mak Ratna terperangah, jantungnya seperti terhenti berdetak, petir seolah telah membakar ulu hatinya, matanya melotot tajam, amarahnya seketika memuncak, mendengar jawaban dari anak kesayanganya itu. “Apaaaaaaa? Mak nggak salah dengar kan? Bisa diulang lagi!” Mak ratna kembali bertanya dengan nada penasaran. “Buat beli kondom, Mak! Beli kondom, beli kondom, beli kondooom!.” Jawab Andri sambil menggerutu. Nafas mak Ratna mendadak tersengap, lalu ia berlari secepat The Flash menuju sofa yang tersusun rapi di ruang tamu. Sambil menjatuhkan diri di atas sofa empuk, mak Ratna pun pingsan. (Pengarang: Pingsan kok pilih-pilih tempat.:D)

Andri terpaku menyaksikan Emaknya yang tidak sadarkan diri. Sambil menangis histeris, Andri berteriak “Maaak, jangan tinggalkan akuuu!” Setelah itu Andri pun ikut pingsan.



***


Andri menangis sendirian di bawah pohon besar berdaun rindang. Di sekelilingnya terhampar padang rumput yang sangat luas. Suara nyanyian alam bersenandung, desir angin bergelombang membelai ilalang yang menari-nari mengikuti irama tangisan Andri.

“Maaaak, jangan tinggalkan aku! Maaaak, jangan tinggalkan aku!”

Seketika asap tebal mengepul, Andri pun terperangah. Di balik asap tebal itu, muncul sosok lelaki tua berbaju lusuh, berambut panjang, dengan kumis dan jenggot yang juga panjang. Ia menggenggam tongkat di tangan kanannya.

 “Hai anak muda, sedang apa kau di sini” Sapa lelaki tua itu kepada Andri.

 “Pakle Veyz?” jawab Andri. Lelaki tua membelalakkan matanya. “Siapa itu Pakle veyz? Jangan kurang ajar kamu anak muda! Mengganti nama orang seenaknya.” Jawab lelaki tua.

Andri bingung, sambil mengerutkan dahinya, ia menggumam. “Sepertinya ada yang tidak beres dengan alur cerita ini.” Lantas Andri pun memprotes. “Hei, tuan pengarang! Tadi kau jadikan aku dan emakku pingsan, sekarang kau datangkan lelaki tua bangka berbaju lusuh yang wajahnya mirip banget dangan Pakleku. Sebenarnya maumu apa?” 


Lelaki tua berusaha menenangkan Andri. “Sudah, sudah, biarkan saja pengarang itu memainkan jari di keyboard laptopnya. Tak usah kau ganggu. Nanti kalau si pengarang itu berhenti menuliskan kisah ini, itu sama saja membuat para pembaca penasaran. Pembaca juga ingin tahu akhir dari kisah ini.” Mendengar nasihat dari lelaki tua, Andri mulai sedikit tenang.   

“Kau belum menjawab pertanyaan ku tadi. Siapa kau dan apa tujuan kau duduk di bawah pohon itu?” lelaki tua kembali bertanya kepada Andri. “Aku tidak tahu, tiba-tiba aku sudah berada di bawah pohon ini” Andri menjawab, sambil mengusap sisa genangan air mata yang belum sepenuhnya mengering di pipinya, menggunakan pergelangan tangannya. “Jangan bohong kau anak muda!” Jawab lelaki tua, sambil membentak. Andri kikuk, menyaksikan Lelaki tua yang terlihat marah. Lelaki tua lalu menghentakkan tongkatnya ke tanah sambil berkata “Tadi kau bilang, pengarang menjadikan kau dan emak kau pingsan. Kenapa ketika kutanya,  kau jawab tidak tahu dan tiba-tiba sudah berada di bawah pohon itu?” Andri menyunggingkan senyum lebar di bibirnya “maaf, pak tua. Aku lupa.” Jawab Andri. Lelaki tua mengangguk-anggukkan kepalanya sambil berbisik “orang kalau kelamaan menjomlo, memang seperti itu” lalu Pak tua dan Andri sama-sama terkekeh. Setengah penasaran, Andri berucap. “Pak Tua tahu dari mana kalau aku jomblo?” Tanya Andri. “Pengarang yang memberitahuku.” Jawab lelaki tua sambil ngupil. Andri terlihat kesal. “Pengarang lagi, pengarang lagi. Benar-benar kurang kerjaan tu orang.” Celetuk Andri, sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

Mereka berdua melanjutkan perbincangan. “Tadi, setelah pulang sekolah, aku minta duit lima puluh ribu kepada Emak, untuk membeli kondom. Entah kenapa, setelah itu Emak mendadak pingsan. Melihat Mak pingsan, aku pun histeris dan ikutan pingsan.” Andri bercerita kepada lelaki tua. Mereka duduk bersebelahan di atas akar pohon besar yang mencakar tanah.

 “Pak tua siapa, tiba-tiba muncul begitu saja dari balik asap?” tanya Andri. Sejenak suasana menjadi hening. “Aku adalah penguasa daerah ini” Jawab lelaki tua. “Dengan cincin badar besi di jari tanganku, tidak ada seorang pun yang sanggup menandingi kesaktian ku.” Andri kembali terperanjat, hampir saja ia terjatuh, jika saja lelaki tua itu terlambat meraih tangannya. Andri teringat cerita pendongeng tua yang biasa mendongeng di depan pagar sekolahannya.

“pohon ini adalah rumahku, belum ada satu orang pun yang berani menginjakkan kakinya di daerah ini tanpa seizinku, kecuali kau!” Andri mulai gemetaran. “Tapi tenang, aku tidak akan menghukummu, walau kau telah dengan lancang memasuki daerah kekuasaanku tanpa izin. Tahukah kau kenapa aku tidak menghukummu?” Andri menggelengkan kepala. Lalu lelaki tua itu melanjutkan ceracauannya “Menurut kitab Badar Besi yang sudah aku pelajari, menghukum jomblo adalah dosa besar!” Andri seketika melongo. “Sebab alasan itu, aku tidak akan menghukummu. Justru aku akan memberimu hadiah. Kau mau ku beri hadiah?” Tanya lelaki tua. Andri menganggukkan kepala. “Kau harus memilih salah satu dari dua hadiah yang akan kuberikan kepadamu. Pilih salah satu! Cincin Badar Besi atau uang senilai empat puluh sembilan ribu rupiah?” Andri terdiam, suasana kembali hening.

Andri kebingungan untuk memilih salah satu dari dua hadiah yang ditawarkan lelaki tua. Cahaya keemasan dari langit bergerak perlahan menjemput malam, Andri masih saja terpaku dalam diam.

Dengan memiliki cincin badar besi, mimpi Andri untuk menjadi super hero akan menjadi kenyataan. Dimana ada kejahatan, ia harus siap untuk menumpasnya, demi menciptakan kedamaian di muka bumi. Namun itu bukanlah tugas yang mudah. Pikir Andri. “Bagaimana kalau cicin itu dicuri oleh orang yang tidak bertanggungjawab, lalu digunakan untuk melakukan kejahatan.”  Andri semakin larut dalam kebingungan.

“Kau harus segera memilih salah satu dari dua hadiah ini, sebelum matahari tenggelam atau kau tidak akan mendapatkan apa-apa.” Gertak lelaki tua. Khawatir dengan risiko yang harus ia tanggung bila memilih cincin badar besi, akhirnya dengan berat hati, Andri memilih uang senilai empat puluh sembilan ribu rupiah.

“Anak muda cerdas. Pilihanmu tepat! Dengan uang senilai empat puluh sembilan ribu rupiah itu, sekembali dari sini, kau bisa segera membeli kondom, tanpa perlu membuat Emak kau pingsan terlebih dahulu. Aku bersyukur kau tidak memilih cincin badar besi. Jika kau memilih cincin itu, hidupmu tidak akan tenang. Sebab, tanggungjawab yang harus kau pikul setelah itu amat sangat besar. Lagian, bumi ini tidak butuh seorang super hero yang berbuat baik hanya karena ia memiliki kekuatan fisik yang tangguh. Berbuat baiklah kepada semua orang yang kau temui, sebarkan kebaikan, dengan itu, kau akan menjadi super hero sesungguhnya.” Andri masih terpana mendengarkan nasihat dari lelaki tua itu.

“Langit mulai gelap, kau tidak bisa berlama-lama lagi di sini. Kau harus pergi sebelum matahari tenggelam.” Lelaki tua mengingatkan Andri untuk segera pulang. “Ambil uangmu! Setelah itu kau ikuti gumpalan asap yang mengepul di tengah padang ilalang itu, ia akan membawamu pulang.” Lelaki tua memberikan Andri petunjuk. Andri pun mengikuti arahan si lelaki tua. Perlahan, ia mulai melangkahkan kakinya. Tiga langkah berjalan, Andri tertegun, ia membalikkan badannya lalu berputar menghadap ke arah lelaki tua. “Apa lagi yang kau tunggu?” tanya lelaki tua. “Aku ada satu pertanyaan lagi, berharap pak Tua tidak keberatan untuk menjawabnya!” Seru Andri. “Apa yang hendak kau tanyakan, bertanyalah aku akan menjawabnya.” Lelaki tua membalas. “Kau memberiku hadiah empat puluh sembilan ribu rupiah, kenapa kau tidak mencukupinya menjadi lima puluh ribu?” Tanya Andri. Lelaki tua terdiam sejenak, lalu menjawab. “Sebenarnya hadiah yang kuberikan kepadamu itu awalnya lima puluh ribu. Nah, setelah dipotong pajak, sisanya tinggal segitu. Percayalah, aku tidak pernah berpikir untuk memakan hak orang lain.” Urai lelaki tua. “Sebaiknya, segera kau tinggal tempat ini, aku khawatir terjadi apa-apa padamu. Ingat, setelah ini jangan lagi kau menoleh ke belakang.” Andri berlalu di balik gumpalan asap putih.

***

“Andri, bangun dri, bangun!”

Andri membuka matanya perlahan. Ia melihat banyak orang berkumpul di ruang tengah rumahnya. “Pakle Veyz, mak Ratna” suara Andri lirih, sambil mengedip-ngedipkan matanya. “Ada apa, kok  banyak orang?” tanya Andri. “Tadi kamu dan Emakmu pingsan. Satu jam yang lalu, makmu  sudah sadarkan diri, tapi kamu belum.” Jawab Pakle Veyz.

Sambil mengucek-ngucek matanya, Andri duduk, lalu berdiri membelah kerumunan tetangga yang lagi berkumpul di ruang tengah.

“Mau kemana kamu, Andri?” Tanya mak Ratna dan Pakle Veyz serentak.


“Mau beli kondom HP, ke konter depan!”

4 komentar:

  1. Bagus, ada komedinya walau ada yg janggal tp saya nangkep pesan yg mau disampein Mr.

    Ini pas nulis apa sambil ngayal? Apakah si penulis lama menjomblo hha :-D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahahahahhaa, murni imajinasi' Mba Ajeng. Tapi nama-nama tokoh di dalamnya nama asli. Andri, Veyz dan Ratna itu benaran nama teman saya.:D

      Hapus
  2. Oh iyaa ya. Ini imajinasi nympe ke ending nmny. Ga pke bersambung

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, tulisan di atas perpaduan antara imajinasi, inspirasi, mungkin juga konspirasi dan berbagai macam nasi nasi lainnya, nasi goreng, nasi soto, juga nasi kucing, wahhahahahaa

      Hapus