![]() |
Image google |
Semburat fajar menyingsing, tersenyum genit menyapa
embun. Kicauan burung-burung kecil di ujung ranting, bak motivator membakar
semangat pagi.
“Pagi yang cerah,” gumam pakle Veyz, sembari membuka
jendela kamarnya yang pengap. Sejuk udara pagi, bertempur melawan hawa
sisa-sisa ngorock pakle Veyz semalam.
Di tepi jendela, pakle Veyz membentangkan tangannya, menggeliat laksana aktris
di film drama romantis, yang tampak sekilas di kaca jendela apartemen mewah.
Ketika tengah asyik menikmati sejuknya udara pagi dari
balik jendela sepi, tiba-tiba pakle Veyz merasakan sesuatu yang aneh di dalam
perutnya. Tanpa pikir panjang, segera pakle Veyz melangkah keluar kamar.
“Bruduuuk!”
Karena terburu-buru pengin cepat mendarat di kakus
belakang rumah, di depan pintu kamar, pakle Veyz menabrak Andri yang melintas
dari dapur menuju ruang tengah. Andri tengah membawa segelas susu coklat bekal
sarapan.
Susu coklat yang berada di tangan Andri, tumpah tepat
di wajah pakle Veyz. Paman dan keponakan itupun jatuh terhempas ke lantai.