Image Google |
Andri
pulang ke rumah dengan pakaian seragam sekolah yang masih basah penuh lumpur, sambil
menenteng bingkisan dalam kantong kresek bekas pemberian Putri.
Di
halaman rumah, mak Ratna kaget melihat anak kesayangannya yang nampak awur-awuran.
“Kalau
mau berenang, mbo yo baju seragamnya ganti dulu, Le!” tegur mak Ratna.
“Anu
Mak. Aku kejebur,” jawab Andri gelagapan sambil mencium tangan mak Ratna.
“Yo
wes, mandi dulu sana!”
Selesai
mandi, Andri bergegas meraih kantong kresek bekas yang berisi kado spesial dari
Putri. Dengan rasa penasaran tingkat tinggi, perlahan Andri membuka bingkisan. Seketika
Andri menyunggingkan senyum bahagia penuh haru, lalu berkata dalam hati.
“Terima
kasih wahai Putriku. Aku akan menyimpan bakiak pemberianmu ini, seperti halnya
selama ini aku menyimpan butiran rinduku untukmu. Ya, butiran rindu yang tiada
bosan bertahta di hatiku. Aku ikhlas, walau seringkali butiran rindu itu berubah
wujud menjadi sebongkah jerawat batu.”
Setelah
itu Andri tertidur pulas di atas sofa yang berada di ruang tamu, sambil memeluk
bakiak pemberian Putri.
Di
dalam mimpinya, Andri bertemu The King of Kondor.
“Kelalaianmu
telah membuat anakku Kondor Mahkota terbunuh. Saat ini aku akan meminta tanggung
jawab darimu,” ucap The King of Kondor.
Seketika
Andri teringat kejadian tragis di desa Rawa Jolang.
The
King of Kondor kembali berkata. “Serahkan bakiak yang ada di pangkuanmu itu
kepadaku, setelah itu urusan kita selesai!”
Andri
kaget, “wah, nggak bisa gitu dong. Inikan kado spesial dari hati oleh hati
untuk hati. Enak aja main serahin serahkan.”
Kesal
mendengar jawaban dari Andri, The King of Kondor berusaha merebut paksa bakiak.
Terjadi tarik menarik antara Andri dan The King of Kondor. Hingga akhirnya
bakiak itu terlepas dan dikuasai sepenuhnya oleh The King of Kondor.
Setelah
menguasai bakiak, The King of Kondor berlari meninggalkan Andri. Tidak ingin
kehilangan kenangan berharga miliknya, Andri berusaha mengejar untuk merebut
kembali bakiak yang merupakan kado spesial ulang tahun salah tanggal dari
gebetannya, Putri.
Aksi
kejar-kejaran berlangsung cukup lama. Mendaki gunung lewati lembah, melintasi
sungai yang mengalir indah ke samudra.*
“Kembalikan
bakiakku!” seru Andri.
“Ooo,
tidak bisa.” Jawab The King of Kondor sambil terus berlari.
“Daripada
capek kejar-kejaran begini, kita berembuk aja yuk! Andri berusaha membujuk The
King of Kondor.
“Hayuk!”
jawab The King of Kondor.
Setelah
itu Andri dan The King of Kondor melakukan rapat terbuka.
Tidak
sia-sia, ternyata langkah diplomasi ala Andri berhasil membuat The King of
Kondor luluh.
Sebelum
menyerahkan bakiak kepada Andri, The King of Kondor berpesan.
“Kamu
merasa sedih ketika aku mengambil paksa bakiak pemberian gebetanmu. Andai saja
kamu tahu, kesedihan yang aku rasa saat kehilangan anakku Kondor Mahkota,
sungguh lebih dasyat dari kesedihanmu. Namun, aku tidak ingin membalas
kesedihan dengan menciptakan kesedihan baru.” urai The King of Kondor
berkaca-kaca.
“Setelah
bakiak ini aku kembalikan kepadamu, ia bukan lagi sekadar bakiak biasa. Mulai
saat ini tertanam keistimewaan khusus di dalamnya. Jika kamu melihat penjahat, lalu
kamu melemparkan bakiak ini kepadanya, selain memberikan efek benjol, bakiak
ini juga akan membuat penjahat itu tidak bisa kabur.” The King of Kondor
menjelaskan.
“Maksudnya
tidak bisa kabur gimana?” tanya Andri.
“Kamu
tahukan, aku penggila musik dangdut serta ngefans
banget sama Rhoma Irama, Evie Tamala dan Rita Sugiarto. Nah, ketika kamu
melemparkan bakiak ini kepada seorang penjahat, ia tidak akan berpikir untuk
kabur, yang ada di pikirannnya adalah bergoyang asoy geboy in the hoy. Tapi satu hal, bakiak ini punya kelemahan.
Siapapun orang yang memakainya akan reflex
bergoyang ketika mendengar alunan musik dangdut.” Andri mangguk-mangguk
mendengar penjelasan dari The King of Kondor.
Sesaat
setelah The King of Kondor menyerahkan bakiak, Andri
terbangun dari tidur pulasnya dengan wajah penuh iler.
Sembari
duduk di atas sofa ruang tamu, Andri berpikir dan bertanya-tanya dalam hati,
“apa iya bakiak ini telah berubah menjadi bakiak sakti?” Penasaran, Andri
mencoba menyetel lagu dangdut, lalu mengenakan bakiak itu di kakinya. Ternyata
benar, tanpa sadar Andri bergoyang meliuk-liukkan pinggulnya mengikuti alunan
musik dangdut.
“Kalau
belum bisa aku mendapatkan
Oh
gadis manis yang menjadi rebutan
Sungguh
mati aku jadi penasaran
Sampai
mati pun akan kuperjuangkan
Memang
dia yang paling manis
Di
antara gadis yang manis
Aku
pun tak merasa heran
Kalau dia jadi rebutan.”*
Mak
Ratna dan pakle Veyz yang menyaksikan Andri bergoyang, juga ikut serta
meliuk-liukkan pinggulnya berjoget bersama. Sesekali terdengar kata “seeer”
terucap dari bibir pakle Veyz, yang ditimpali oleh mak Ratna dengan kata
“asyik.”
***
Malam
itu pak le Veyz hendak menghadiri acara rapat di balai desa. Jalan menuju balai
desa masih becek usai diguyur hujan deras. Khawatir sandal kulitnya rusak
dibalur lumpur, pakle Veyz memutuskan untuk meminjam bakiak milik Andri.
Pak
le Veyz melangkah menuju kamar Andri, tetapi di sana ia tidak menemukan
siapa-siapa. Tanpa izin dari Andri, pakle veyz meraih bakiak yang tergeletak
begitu saja di atas kasur, lalu memakainya untuk menghadiri acara rapat di
balai desa.
Kala
rapat sedang berlangsung alot, pakle Veyz kebelet pengen buang air kecil. Tidak
ingin merusak senjata pusaka miliknya, pakle Veyz meminta izin kepada pimpinan
rapat untuk pamit ke kamar mandi.
Berlari
sedikit tergesa, buru-buru pakle Veyz keluar dari ruang rapat. Saat hendak mengenakan
bakiak di depan pintu keluar, handphone
milik pakle Veyz yang nada panggilnya menggunakan lagu dangdut berjudul Goyang
Bang Jali, berdering. Efek bakiak sakti membuat pakle Veyz reflex menggoyang-goyangkan pinggulnya.
“Bang Jali, bang Jali,
goyangnya bikin happy
Bikin
lu ketagihan
Semua jadi riang.”*
Aksi
pakle Veyz membuat para peserta rapat bingung, melongo, lalu ketawa
terbahak-bahak.
*Lirik lagu Ninja Hattori –
Bondan Prakoso
*Lirik lagu Penasaran – Rhoma
Irama
*Lirik lagu Bang Jali – Deny
Cagur
Bandung,
Februari 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar