Real Jokes (II)

Sesuai janji saya pada postingan Real Jokes (I). Yang mana pada postingan kala itu saya berjanji akan mempublish cerita kejailan yang pernah saya lakukan kepada teman-teman terdekat saya dan kali ini saya akan memenuhi janji tersebut. Siapkan diri untuk terbahak, tapi ingat! Bukan untuk ditiru, apa lagi tanpa pengawasan orang dewasa.:D

Langsung ke TKP aja ya!

*

Cerita ini tahun 2000-an. Teman saya bernama DJ (inisial) dapat kenalan baru seorang cewek berinisial DV, dari perkenalan itu si DJ mendapatkan nomor telepon rumahnya si DV.  Berhubung dulu handphone belum menjamur seperti sekarang, warung telepon (wartel) dan telepon koin merupakan alternatif paling istimewa bagi setiap playboy kabel cap kuda congek dalam beraksi. Siapkan koin secukupnya, jam tujuh malam adalah saat paling tepat untuk beraksi.

Bergegas sedikit tergesa menuju telepon umum, berikut segenggam koin yang telah disiapkan. Setelah sampai, ternyata si DJ tidak memiliki nyali yang cukup untuk menelepon cewek yang baru tadi siang ia kenal. Terpaksa mau nggak mau, saya yang turun langsung ke lapangan. Tanpa pikir panjang gagang telepon pun saya angkat, koin saya masukkan dan si DJ pun mulai menyebutkan nomor bidadari yang dituju. 

Tut tut tut, di ujung telepon terdengar suara bapak-bapak.

Bapak : Hallo, selamat malam!

Saya   : Selamat malam Pak, DV ada?

Bapak  : Nggak ada yang nama DV di sini. Anda salah sambung!

Dari ujung telepon terdengar suara tuuut, ternyata ditutup. Saya mulai bertanya kepada si DJ akan keaslian nomor yang barusan dia sebutkan. Setelah dicek penuh penasaran, timbul keinginan untuk mencoba lagi, karena pada prinsipnya kesatria sejati tidak boleh mundur dari laga.:D

Masukan lagi koin baru, pencet nomor tujuan, ternyata yang mengangkatnya masih bapak yang tadi.

Bapak : Hallo, selamat malam!

Saya   : Selamat malam Pak, DV ada?

Bapak : Nggak ada yang nama DV di sini! Anda budeg ya? Anda salah sambung!

Saya   : Hanya berkata dalam hati “sial gue dikatain budeg”

Hey bapak! Saya kan nanya baik-baik, bapak yang budeg! Udah tahu salah sambung ngapain diangkat? wahhahhaaa.

Dan telepon pun ditutup.

Mungkin setelah itu si bapak yang di ujung telepon mikir begini: “benar juga ya tu bocah, udah tahu salah sambung ngapain juga gue angkat” sambil mangguk-mangguk, wahhahhahaa kah kah kah.

**

Siang, saat saya lagi berkumpul bersama lima orang teman di depan sebuah toko yang lagi tutup, dari kejauhan kami melihat dua orang banci pengamen yang lagi beraksi. Saya dan teman-teman berinisiatif bikin ide yang bakalan bikin orang sekitar tertawa terbahak, bagaimana caranya? Ketika si banci pengamen tersebut munuju ke arah kami untuk mengamen, saya dan teman-teman kompak menyambutnya dengan bergaya ala banci. Tangan melambai, kaki ditumpang dan pantat diangkat 180 derajat + nyengir kuda. Efeknya sang banci pun mendadak bengong dan ngacir berlalu, jijay boo wahhahahahhahaaa.

***

Hampir setiap malam, tempat semedi favorit saya dan teman-teman adalah kamar kosannya si DJ. DJ merupakan salah satu sahabat saya yang punya kebiasaan jelek, yaitu dia suka ngutang di warung depan kos.:D 

Lagi asyik ngumpul, saya nyeletuk “nggak seru ngumpul kering seperti ini tanpa suguhan makanan dan minuman segar” saya pun langsung berdiri, pamit ke warung depan kos, diiringi tawa senang pasukan (teman-teman) yang terlihat begitu sangat yakin saya bakalan membawakan mereka makanan dan minuman segar sekembali dari warung.

Tak berapa lama, sampailah saya di warung milik uwa Noni yang berada di dekat gerbang utama kos. 

Sedikit basa basi dan langsung menuju rencana awal.

Saya   : Uwa, si DJ ada punya hutang nggak?

Uwa    : Ada, hutangnya tadi pagi belum dibayar.

Saya   : O ya Wa, barusan si DJ menyuruh saya pesan mi lima, kopi lima, sama rokok sebungkus.

Uwa    : Iya, nanti saya antarkan ke dalam.

Saya   : Sips Wa, ditunggu, jangan lupa dicatat ya! 

Dan saya pun kembali ke barisan prajurit yang lagi berperang malawan haus dan lapar. Tidak lama berselang, si Uwa pun datang mengantarkan pesanan yang dengan suka cita disambut oleh pasukan termasuk si DJ yang terlihat sangat menikmati sajian malam itu.:D

Ke esokan harinya, setelah DJ mendapati tagihan bon utangnya di warung si Uwa yang membengkak, saya pun tidak luput dari caci maki si DJ dan semua pasukan pun tertawa mendengar senandung nada dari mulut si DJ yang berdendang dengan syair nan begitu indah. 

TM SIALAAAAN! waahhahhahahahaa.

****

Malam itu teman saya yang bernama JA curhat kepada saya. Dia bercerita kalau dia lagi mengagumi atau suka kepada seorang cewek berinisial NA. Tetapi dia tidak berani mengungkapkan perasaannya karena masih ragu dan takut tidak direspon oleh si NA. Hampir setiap hari cerita dari mulut si JA yang saya dengar tidak lepas dari seorang cewek bernama NA. Saya mulai bosan, karena setiap masukan yang saya sampaikan tidak ada satupun yang sanggup dijalankan oleh si JA.

Saya  : Lo punya nomor teleponnya si NA nggak?

JA     : Punya.

Saya  : Kasihin ke gue, biar gue urus.

JA     : Ini baru teman gue.

Dan nomor si NA pun telah ada di tangan saya. 

Tanpa sepengetahuan si JA, saya menelepon NA dan bilang kalau saya adalah temannya JA. “Ada perlu penting banget, besok sore kita bisa ketemuan nggak,  ternyata si NA menyanggupinya”

Saya dan NA janji ketemuan di sebuah tempat yang berjarak tidak begitu jauh dari rumahnya. Sesuai skenario, saat sore menyapa, sebelum berangkat, saya terlebih dahulu mampir ke rumahnya si JA. Saya mendapatinya sangat lusuh seperti bangun tidur, dilengkapi kaos oblong yang sedikit sobek, dengan setelan celana pendek yang biasa dia pakai untuk berolahraga. Tanpa berpanjang lebar, saya langsung mengajak dia.

Saya : JA, temanin gue ngambil jaket ketempat si RD.

JA    : Gua baru bangun tidur, belum mandi.

Saya : Cuci mungka ajalah. Nggak lama ini, cuma ngambil jaket doang.

Dan JA pun bergegas ke kamar mandi. 

Setelah selesai, dengan kostum JA yang seadanya kami pun berangkat menuju kotak impian (yang mana dalam pikiran si JA menuju ke rumah si RD) tetapi dalam pikiran saya, menuju ke tempat yang saya janjikan untuk ketemuan dengan si NA tanpa sepengatahuan si JA) :D

Di perjalanan dia (JA) sempat protes, karena tunggangan saya tidak mengarah kerumah RD dan saya pun beralasan ada perlu dulu ke sono ke sini bla bla bla dan dia pun diam. Tidak begitu lama, saya berhenti di depan sebuah warung kelontong, si JA pun bersuara lagi “TM, ini kan dekat rumahnya si NA, ntar kalau ada dia gimana?” Saya jawab “slow  aja, lagian kita ke sini kan bukan untuk nyari dia” Setelah itu saya pura-pura kewarung dan saat di warung saya menghubungi NA via handphone butut milik saya. Ternyata dia (NA) berada tidak begitu jauh dari warung kelontong tempat saya menghubunginya dan dia memberi petunjuk sebuah tempat sebelah kanan dari warung kelentong. Dia berada di depan sebuah rumah cat putih menggunakan baju warna biru muda.

Misi hampir selesai, saya kembali lagi menuju JA yang setia menunggu di atas motor yang terparkir gratis di tepi jalan. Jreng jreeeng, tiga kali gas mendarat lah tunggangan saya tepat di depan si NA yang lagi berdiri di pinggir jalan.

Saya  : NA?

NA   : Iya, TM yah?

Saya : Jihee, iya.

Saya menoleh ke belakang, mendapati wajah grogi si JA yang terlihat pucat kayak orang malu ditambah ketakutan. Tanpa berbasa basi panjang lebar, saya langsung berkata:

“NA, JA katanya ada perlu sama kamu. JA, silakan omongin sama NA apa adanya, semua yang lo ceritain ke gue tempo hari! Sekarang gue mau beli minuman dulu ke warung yang tadi” waahhhahahahhaa.

Dan JA pun mengungkapkan perasaannya kepada NA, walau kenyataannya jadi pahit alias ditolak.

Dan besoknya JA pun berdendang dangan sangat merdu:

TM sialan, kucrut, mana gue lagi kucel, pakai celana pendek, kaos sobek, waduh gue malu banget, dan pasukan yang lain pun tertawa puas terbahak-bahak, jiahahahaha.

_ _ _ _ _ _ _

Nb: Udah dulu ya ceritanya. Masih banyak kok stok real jokes lainnya yang mudah-mudahan nanti bisa saya publish semua.:D \m/