Timur membentang,
kemilau rona langit membasuh bumi, menyentuh embun nan riang menari di ujung
daun. Di sela bayang-bayang kabut tipis, kokok ayam jantan bersenandung merdu
mencambuk keheningan, sebagai pengingat waktu bagi manusia agar segera keluar
dari bingkai mimpi.
Selesai mandi, pakle
Veyz duduk manis di depan televisi menikmati berita pagi. Sementara mak Ratna
sibuk di dapur menyiapkan sarapan. Nah, Andri ke mana?
“Dik Veyz, nikahan
anak bu Sukarti hari ini ya?” tanya mak Ratna pada pakle Veyz.
“Iya, mbakyu … jam
berapa kita ke sana?”
“Nanti aja abis
sarapan, tunggu Andri bangun dulu.”
Pagi itu pakle Veyz,
mak Ratna, dan Andri akan menghadiri resepsi pernikahan anak bu Sukarti.
***
Walau sudah bangun,
Andri masih meringkuk di dalam selimut, sambil menggumamkan kata-kata, “bosan, boring, jenuh, bete!” Kata-kata itu ia ucapkan berulang-ulang.
“Kenapa kamu Andri?”
Andri terkejut,
buru-buru menyibak selimut, sorot matanya memindai sekeliling kamar, namun ia
tidak melihat ada orang lain. “Tadi suara siapa ya?” Andri bergidik ketakutan.
“Enggak usah takut.”
“Kamu siapa? Tolong tampakkan
wujudmu!” ucap Andri sok berani.
“Perhatikan poster
yang berada di sebelah lemari.”
Sejurus kemudian
Andri memalingkan wajahnya ke arah poster Brad pitt yang terpajang di sebelah
lemari. Andri terkesiap, ketika melihat poster bergambar Brad pitt itu
senyum-senyum sambil mencabut bulu hidung.
“Kamu Brad Pitt?”
tanya Andri heran.
“Banyak yang bilang
gitu sih, tapi saya bukan Brad Pitt!”
“Bohong kamu, bohong
masuk neraka loh!”
“Enak aja nyumpahin
orang masuk neraka.”
“Makanya jujur! Siapa
sebenarnya kamu?”
“Saya pengarang
cerita ini.”
“Kamu kumendan TM
Hendry?”
“Yu hu!”
“Kebetulin banget
nih."
“Kebetulaaaaan!”
“Iya kebetulan, aku
mau protes.”
“Mau protes apa?
Enggak usah sok kritis deh.”
“Aku bosan, semenjak era Jolang sampai Korenah,
cerita kehidupan aku begitu terus, susah lagi, jomblo lagi, enggak kreatif
kamu, Ndan!”
“Enak aja ngatain
orang enggak kreatif.” Tangan Brad Pitt yang ada di poster tiba-tiba memegang
kuping sambil menjulurkan lidah, mengejek.
“Kalau benaran kreatif, aku tantang kamu ya,” ucap Andri
bersemangat.
“Mau menantang apa?
Siapa enggak takut!”
“Tuh kan takut!”
“No no no … cepat beritahu
tantangannya, kebelet ngompol nih!”
Andri tertawa. “Oke!
Khusus Korenah empat ini, aku mau cerita tentang aku yang glamor, tinggal di
kota, hidup dikelilingi cewek-cewek kece.”
“Mau nyeeeeee!”
“Bisa enggak? Kalau
enggak bisa, mending berhenti aja menulis!”
“Enak aja nyuruh
orang berhenti menulis. Glamor? Tinggal di kota? Dikelilingi cewek-cewek kece?
Enggak ada cerita yang lebih berat lagi dari itu?”
“Sombong kamu, Ndan!
Bisa enggak?”
“Baiklah … tunggu ya!”
“GPL!”
“GPL apaan?”
“Ga Pake Lama!”
“Oke! GBJ!”
“GBJ apaan artinya,
Ndan?”
“GA BOSAN JOMBLO?”
“SOMPREEEEEEET!”
***
Korenah IV (Glamor)
Andri kembali ke
tanah air setelah menghadiri acara rapat akbar HPMDA (Himpunan Pengusaha Muda
Dunia Akhirat) yang diselenggarakan di Singapore. Mengenakan setelan jas
dilengkapi dasi kupu-kupu, Andri melangkah pelan keluar terminal 2E
Soekarno-Hatta International Airport dengan pengawalan super ketat.
Di lobi bandara para
pewarta berdesak-desakan menunggu kedatangan Andri. Sebagai pengusaha muda yang
masuk daftar sepuluh orang terkaya di dunia versi majalah Bobo, pamor Andri
layaknya seorang selebritis. Semua itu tidak lepas dari sepak terjang Andri
dalam dunia percintaan, hampir semua artis papan atas pernah ia pacari. Setiap
hari wajah Andri mengiasi layar televisi, tidak hanya layar televisi, layar
tancap juga. Pada berita ekonomi, ada Andri sebagai pengusaha sukses, pada
berita politik ada Andri sebagai kawan dekat pejabat teras, pada berita gosip selebriti ada Andri sebagai playboy cap kuda-kuda yang jadi idola
artis perempuan juga model papan atas. Pada berita kriminal, ada Andri sebagai
… penonton!
“Mas, mas, mas, apa
benar mas Andri sudah tobat jadi play group? Dan mau menikahi seorang model
papan catur?” tanya wartawan di pintu keluar bandara.
“Anda kira saya anak
TK-PAUD?” balas Andri dongkol.
“Maaf mas, maksud
kami tobat jadi playboy dan mau
menikahi seorang model papan atas?”
“Siapa bilang saya playboy? Jangan sembarangan Anda bicara!
Masalah saya mau menikahi model papan atas, itu benar adanya, tunggu saja kabar
selanjutnya, nanti kalian semua pasti saya undang,” tutup Andri sambil ngeloyor
pergi di antara semprotan blitz dan
pertanyaan wartawan.
Iring-iringan mobil
mewah membelah jalan ibu kota, kemudian berbelok memasuki pintu gerbang rumah
berlantai lima. Sesuai jadwal, seharusnya Andri masih berada di Singapore untuk
memberikan kuliah umum pada salah satu perguruan tinggi terkemuka di sana. Namun
Andri membatalkan rencana tersebut dan memilih kembali ke tanah air karena satu
alasan, ia pengin fokus menyiapkan resepsi pernikahan super mewahnya dengan
seorang model papan atas.
Andri melangkah
keluar setelah pengawal membukakan pintu mobil, dengan mantap melintasi halaman,
semua pekerja yang berada di rumah berlantai lima itu berbaris di teras, mereka
semua membungkukkan badan saat Andri melintas.
“Mbok Imah, Mami ada?
(maksud Andri mak Ratna, orang kaya tuh manggil
maknya mami ya).
“Nyonya lagi ke
salon, Den.”
“Kalau Om Veyz?” (maksud Andri pakle Veyz, orang kaya tuh manggil
pamannya om ya).
“Pak Veyz lagi nge-GYM.”
Kemudian Andri memanggil
orang kepercayaannya bernama Maman, untuk menanyakan persiapan pernikahan super
mewah yang konon katanya mau diadakan di Raja Ampat selama sebulan penuh.
“Pak Maman, bagaimana
persiapan untuk acara lusa, sudah oke?”
“Siap, Pak. Semua sudah
oke!”
“Bagus!”
***
Hari spesial itu
akhirnya tiba. Andri tampak gagah mengenakan kemeja, jas dan kopiah, calon
istrinya sang model papan atas mengenakan kebaya putih dengan tiara penuh bunga
sebagai mahkota sang ratu. Semua orang duduk melingkari calon pengantin, blitz kamera bagai halilintar
sambar-menyambar. Wali nikah sudah ada, saksi sudah ada, petugas KUA juga sudah
standby, om Veyz duduk manis di
sebelah Andri. Nah, Mami Ratna mana?
“Bisa kita mulai
sekarang ijab kabulnya?” tanya petugas KUA.
“Sebentar, Pak. Mami saya belum datang,” balas
Andri. “Om Veyz, Mami ke mana sih?” tanya Andri pada om Veyz-nya.
“Tadi masih dandan.”
“Waduh.”
Padahal yang mau
nikah kan Andri, kenapa malah mami Ratna yang ganjen dandan lama ya?
“Maaf, Pak. Hari ini jadwal saya padat, harus
mencatat sepuluh pernikahan, bisa kita mulai sekarang ijab kabulnya?” ucap Petugas
KUA lagi.
“Sabar, Pak. Tunggu
mami saya dulu.”
Zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz
“Le, bangun! Kamu mau ikut ke nikahannya anak
bu Sukarti enggak?” ucap mak Ratna mendorong-dorong tubuh Andri.
Andri menggeliat, mengusap-usap mata.
“Akhirnya Mami datang
juga. Mana pak Petugas KUA tadi?”
“Petugas KUA apa?
Kamu ngigau ya? Mak ya Mak aja, enggak usah Mami mami mami segala!”
Andri menilik kanan
kiri, diperhatikannya setiap sudut kamar, termangu sejenak sebelum berteriak. “PENGARANG
SIALAAAN! KENAPA HANYA MIMPI!? SOMPREEEET!”
Bandung, 4 Juni 2016
TM Hendry, s
Tidak ada komentar:
Posting Komentar