Benarkah adanya seperti itu? Mungkin tidak semuanya benar, tetapi kenyataannya masih banyak masyarakat kita yang menganut faham fanatisme buta. Menurut saya, fanatisme buta adalah rasa fanatik tanpa kontrol yang mengalahkan fungsi pertimbangan dari akal sehat dalam membedakan kebaikan dan keburukkan.
Beberapa hari yang lalu, saya mengkritik seorang tokoh berpengaruh pada sebuah diskusi. Yang mana menurut saya ada perkataan dari tokoh tersebut yang secara jelas bernada provokasi, yang bisa saja menyulut kebencian golongan A terhadap golongan B. Dan kritik pun saya layangkan, tetapi apa yang terjadi, malahan saya yang dihantam balik oleh orang-orang yang mengagumi beliau. Dan para pengagum tokoh tersebut pun berkata kepada saya dengan kalimat: Dia lebih tahu ketimbang kamu.
Saya tidak melihat siapa dia dan apa latar belakangnya. Bila yang ia ucapkan benar, saya akan mengatakan benar, tetapi bila yang dia ucapkannya salah, saya akan mengatakannya salah.
Fanastisme buta bisa berujung pada perilaku shut up and listen yang efeknya adalah pembodohan yang benar-benar nyata dan itu harus dihentikan.
Kesimpulan:
Semua orang pasti menghormati tokoh atau pemimpin yang ia kagumi. Tetapi, bila ada perkataan dan perilaku tokoh atau pemimpin tersebut yang tidak baik, kita harus berani untuk sekadar mengingatkannya.
Jangan pernah menelan mentah-mentah semua yang diucapkan, diperintahkan oleh orang yang kita cintai, kagumi, hormati, kecuali setelah dipertimbangkan terlebih dahulu baik dan buruknya. Karena mereka juga manusia, bukan malaikat.
Fanastisme buta bisa berujung pada perilaku shut up and listen yang efeknya adalah pembodohan yang benar-benar nyata dan itu harus dihentikan.
Kesimpulan:
Semua orang pasti menghormati tokoh atau pemimpin yang ia kagumi. Tetapi, bila ada perkataan dan perilaku tokoh atau pemimpin tersebut yang tidak baik, kita harus berani untuk sekadar mengingatkannya.
Jangan pernah menelan mentah-mentah semua yang diucapkan, diperintahkan oleh orang yang kita cintai, kagumi, hormati, kecuali setelah dipertimbangkan terlebih dahulu baik dan buruknya. Karena mereka juga manusia, bukan malaikat.
luar biasa atikelnya...salam kenal mas bro..
BalasHapusGa salam kenal juga ga apa-apa.:D
BalasHapusintinya sama dengan apa yang udah oom tulis untuk gamazoe.. :D
BalasHapuswelkambek oom.. ahhh akhirnya, Mr TM nongol lagi.. salam dari barataku, dhe berkunjung masih dengan blog lama dhe.. biar soul expression nggak kaget.. hehe
setiap yang diperbuat dan dikatakan oleh orang yang kita kagumi juga mesti di flter mana baik dan buruk nya :)
BalasHapusKeponakan ku Dhe: Jihehehee terima kasih, tapi tetap kaget kok, karena dulu barata juga jarang mampir, jiehhhehee.
BalasHapusMba Diah: Betul banget,karena mereka sama juga dengan kita, sama-sama punya kelebihan dan kekurangan.:-bd
Wah iya ya...
BalasHapusKalau udah fanatik pasti dibela-bela gitu @_@
setuju banget-keren Mr. nasehatnya. Saya pikir Mr. udah hiatus lama-atau saya yang ga pernah negok ke sini lagi -.-"
BalasHapusSaat bersosialisasi-jangan takut menyuarakan isi pikiran kita. kalau salah ya, patutnya disalahkan. Jangan diem aja.
setuju, jangan lihat orangnya, tapi lihat perkataannya...
BalasHapussetuju tuan muda.. tapi kadang jg mereka merasa lebih berilmu dan ngga mau diingatkan :(
BalasHapusMba Tebak ini siapa? (Ga tahu ah).:D
BalasHapusIya, banyak yang seperti itu, mereka yang menganut faham fanatisme buta seperti tidak peduli salah ataupun benar, pokoknya di bela aja.
Mba Ajeng:Terima kasih, memang cukup lama sih vakumnya.:D
Setuju, karena kebenaran akan tetap kokoh menjadi kebenaran selamanya, begitu juga sebaliknya.
Mas Iwan: Mantap, cara seperti itulah yang paling bijak.
Mba Meutia: Betul, tapi karena ia merasa berilmu seperti itulah lahir kesombongan, yang semakin menguatkan kesan negatif dari orang waras, akan minimnya ilmu yang ia miliki.:D
Yups setuju sama Mr, terkadang kagum itu nggak dibarengi sama mana yang benar dan buruk. Banyak teman aku juga yang kayak begitu. Padahal kalo udah salah ya salah aja, kan tiap orang nggak selalu sempurna. Kalo aku sih kagum boleh, tapi ya sama yang positifnya aja, yang jelek-jeleknya ya jangan diikuti dan diteladani :)
BalasHapusCihuuuuy akhirnya Mr muncul lagi (>o<)/
Mba Chici: Terima kasih, intinya harus tetap bisa membedakan antara baik dan buruk ya mba Chi, jangan mau di butakan hanya karena ia si A atau si B dsb.:D
BalasHapussetuju sekali....yg harus dilihat sebenarnya perkataannya...masuk akal apa ngga? meskipun yg mengatakan itu seorang tokoh yg berpengaruh sekalipun
BalasHapusMba Nia: Terima kasih.
BalasHapusDengar apa yang di ucapkan, jangan lihat siapa yang mengucapkan, karena kata yang benar selama akan tetap jadi kebenaran.